Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sebagian besar masyarakat Indonesia pernah mengalami cacar air, baik saat masih anak-anak atau ketika usia remaja. Bahkan, mungkin anak Anda termasuk salah satu yang pernah terkena cacar air, Moms.
Banyak orang yang mengira, jika kita pernah menderita cacar air, maka kita tidak akan terkena lagi karena antibodi di tubuh telah terbentuk untuk melawan virus cacar air. Namun, ada yang perlu Anda ketahui, Moms. Ternyata meskipun kita sudah pernah kena cacar air, kita tetap perlu berhati-hati, karena ada kemungkinan bisa terserang penyakit itu lagi dalam bentuk lainnya, yaitu cacar ular. Apa itu cacar ular?
Penyebab Cacar Ular
Cacar ular atau dalam dunia medis disebut herpes zoster adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi Varicella zoster, virus yang juga menyebabkan cacar air. Cacar ular juga dikenal dengan istilah shingles dan cacar api.
Sebagai informasi, saat infeksi cacar air yang diderita seseorang berakhir, virus tersebut masih menetap di dalam jaringan saraf, dalam keadaan tidak aktif. Namun, jika Varicella zoster mendapat pemicu, misalnya saat daya tahan tubuh sedang turun, maka virus tersebut bisa menjadi aktif dan menyebabkan terjadinya cacar ular.
Umumnya, penyakit ini menyerang orang lanjut usia, mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, menderita penyakit yang mengganggu sistem imun tubuh, serta sedang menjalani pengobatan kanker.
Tanda dan Gejala Cacar Ular
Herpes zoster bisa muncul di bagian tubuh mana pun, tapi umumnya ruam pada kulit terdapat di salah satu bagian tubuh saja, misalnya di punggung, leher, atau perut. Ini karena Varicella zoster hanya menyerang bagian saraf tertentu, sehingga kulit di area tersebut yang akan memunculkan ruam.
Tanda yang paling jelas dari cacar ular sama seperti cacar air tapi lebih luas dan banyak, yaitu ruam berupa kumpulan bintik-bintik merah bergerombol di permukaan kulit salah satu bagian tubuh. Ruam ini menimbulkan rasa gatal, bahkan nyeri dan sensasi terbakar. Lepuhan atau lentingan juga berisi cairan yang mudah pecah.
Selain itu, penderita juga bisa mengalami demam, sakit kepala, mual, otot terasa lemah, dan merasa kelelahan. Meskipun jarang terjadi, penderita juga bisa mengalami komplikasi yang serius, seperti:
⢠Infeksi bakteri yang ditandai dengan kulit berwarna kemerahan, membengkak, serta hangat saat disentuh.
⢠Ruam dan nyeri sampai melibatkan mata, sehingga butuh penanganan khusus untuk mencegah kerusakan permenan pada mata yang bisa berakibat kebutaan.
⢠Kehilangan pendengaran atau timbul rasa sakit di satu atau kedua telinga.
⢠Masalah pada saraf, tergantung pada lokasinya cacar ular berada.
Penanganan Cacar Ular
Untuk mengobati herpes zoster, obat antivirus paling sering direkomendasikan untuk mengurangi rasa sakit dan membantu mempercepat pemulihan. Di samping itu, penderita juga mungkin akan diberikan antiinflamasi untuk meringankan rasa sakit dan pembengkakan pada kulit, analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada lepuhan atau lentingan di kulit, dan antihistamin untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.
Selain itu, untuk mempercepat pemulihan, Anda bisa melakukan beberapa hal berikut:
⢠Memastikan ruam selalu dalam kondisi bersih dan kering untuk mencegah infeksi.
⢠Memakai pakaian yang longgar dari bahan yang nyaman untuk menghindari gesekan pada kulit.
⢠Menggunakan kompres dingin di bagian kulit yang terkena ruam untuk mengurangi rasa gatal dan nyeri.
⢠Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses pemulihan. (M&B/SW/Dok. KidsHealth)