BABY

Bintik Merah pada Kulit Si Kecil, Gejala Apakah Itu?


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Satu, dua, tiga… Duh banyak sekali bintik-bintik merah pada kulit Si Kecil? Gejala penyakit apakah ini?

Bintik merah pada kulit Si Kecil bisa jadi merupakan salah satu gejala bahwa ia menderita suatu penyakit tertentu. Namun tiap penyakit memiliki ciri sendiri yang tidak mudah Anda deteksi. Apa saja penyakitnya? M&B merangkumnya untuk Anda.

Tidak seperti orang dewasa, bayi usia 0-12 bulan memiliki daya tahan tubuh yang lebih rentan. Oleh sebab itu, kemungkinan ia terserang berbagai penyakit pun cukup besar.

Untuk mengetahui penyakit apa saja yang diderita Si Kecil, Anda harus mengetahui gejalanya terlebih dahulu. Salah satu gejala yang paling umum adalah bintik merah pada kulit.

Bintik merah di kulit bentuknya pun bermacam-macam. Menurut dr. Zakiudin Munasir, Sp.A(K) dari RSCM, bintik merah di kulit bisa dibedakan dari penyebab maupun bentuknya. Dari penyebabnya, bisa karena infeksi, alergi, atau penyakit autoimun. Sedangkan dari bentuknya, ada yang merah tanpa gelembung dan merah dengan cairan. Ukurannya pun ada yang kecil maupun agak besar.

"Pasien tidak bisa menebak-nebak penyebab dari bintik merah tersebut. Jadi dokter yang akan mendiagnosisnya," kata dr. Zakiudin. Berikut adalah beberapa penyakit dengan gejala bintik merah di kulit.


Cacar Air

Cacar air adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Varicella zooster, yang bisa menyerang siapa saja, termasuk bayi. Cacar air menular lewat udara dan kontak langsung dengan penderita. Oleh karena itu, seseorang yang sudah tertular penyakit ini sebaiknya diisolasi dari orang yang sehat, terutama yang belum pernah terinfeksi cacar.

Gejala cacar air hampir sama seperti penyakit infeksi lainnya, seperti demam, pilek, batuk, hingga sakit kepala, yang kemudian diikuti dengan keluarnya bintik merah di kulit, dengan masa inkubasi 1-2 minggu setelah kontak langsung dengan penderita. Daerah yang terkena biasanya punggung, tangan, dada, dan wajah. Bintik merah ini lama-kelamaan akan berisi gelembung cairan yang akan pecah kemudian kering.

"Bintik merah yang berisi gelembung cairan sebaiknya dibiarkan pecah secara alami lalu mengering. Setelah kering, luka ini jangan digaruk meski gatal. Berikan obat gatal untuk mencegah luka ini digaruk. Pengobatan lain yang diberikan adalah obat antivirus yang diminum serta bedak atau sabun yang bisa yang bisa meredakan gatal untuk penggunaan luar," jelas dr. Zakiudin.

Vaksinasi cacar air sebaiknya diberikan pada anak usia sekolah, dan belum perlu diberikan pada bayi, sebab gejala cacar air pada bayi cenderung ringan.


Campak

Penyakit infeksi virus lain dengan gejala bintik merah adalah campak. Campak biasanya baru terjadi pada bayi di atas usia sembilan bulan, sebab umumnya bayi di bawah sembilan bulan masih memiliki kekebalan tubuh dari sang ibu.

Gejala campak pun hampir mirip dengan cacar air, yaitu demam tinggi lebih dari 38,9 derajat Celsius, sakit kepala, pilek, dan batuk (seperti flu). Setelah tiga hari dari munculnya gejala, maka muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuh dengan masa inkubasi sekitar 7 hingga 14 hari.

Tidak ada obat khusus untuk membunuh virus campak. Jadi biasanya pengobatan secara simptomatik atau mengobati gejalanya saja, sebab campak akan sembuh dari antibodinya sendiri. Dengan kata lain, apabila terjadi demam maka diberi obat demam. Begitu pula apabila campak disertai gejala flu, maka diberi obat flu.

Meski terkesan bukan penyakit berat, campak bisa jadi penyakit yang berbahaya. "Bila campak terjadi pada anak dengan gizi buruk, maka bisa terjadi komplikasi dan menyerang otak atau paru-paru Si Kecil. Oleh karena itu, jangan pernah sepelekan imunisasi. Pada bayi, imunisasi bisa diberikan setelah usianya sembilan bulan dan diulang ketika ia masuk sekolah," kata dr. Zakiudin.


Alergi

Penyakit lain dengan gejala bintik merah pada kulit adalah alergi. Moms perlu tahu, alergi adalah reaksi tubuh terhadap masuknya benda asing, seperti debu, makanan, bulu binatang, dan lain-lain. Alergi bisa dialami semua usia, termasuk bayi dan diturunkan secara genetik. Apabila seorang yang mengalami alergi terpapar dengan alergennya (zat pencetus), maka akan timbul gejala-gejala seperti gatal-gatal di kulit berwarna kemerahan (kaligata), hidung berair, sesak napas, bersin-bersin, dan lain sebagainya.

Dokter Zakiudin mengatakan, selama belum ada gejala bahwa anak alergi, sekalipun ia memiliki bakat karena orang tuanya alergi, sebaiknya tidak perlu dilakukan tes alergi. Bila sudah ada gejala, tes alergi bisa dilakukan yaitu dengan tes darah bagi anak di bawah usia tiga tahun dan tes kulit untuk anak di atas tiga tahun. Selama gejala alergi masih ringan, Anda tidak perlu membawa Si Kecil ke dokter. Moms bisa mencegah alergi ini dengan menghindari pencetusnya.


Roseola Infantum

Mungkin sedikit dari Anda yang pernah mendengar mengenai penyakit roseola infrantum. Menurut www.kidshealth.org, penyakit infeksi virus ini biasanya menyerang bayi usia enam bulan hingga anak usia dua tahun. Penyebabnya adalah virus Human herpesvirus (HHV) tipe 6 atau tipe 7. Virus ini sebenarnya masih satu keluarga dengan virus Herpes simpleks (HSV), tapi tidak menimbulkan luka perih dan gatal seperti Herpes simpleks.

Gejala penyakit ini adalah demam tinggi hingga 39 derajat Celsius, bisa sekitar 3-7 hari. Ia juga mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), nafsu makan menurun, dan rewel. Setelah demam turun, maka akan muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuh, termasuk wajah. Bintik merah atau ruam merah ini bisa bertahan dalam hitungan jam hingga beberapa hari. Setelah bintik merah ini hilang, biasanya Si Kecil akan kembali sehat. Pengobatan pada roseola umumnya untuk mengurangi demam yang tinggi. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)