Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Tahukah Anda? Indonesia merupakan negara dengan kondisi persalinan dengan tindakan Caesar yang meningkat dari tahun ke tahun. Persalinan di rumah sakit juga menggantikan persalinan di rumah (home birth) yang pernah populer pada 2 dekade lalu. Lalu, bagaimana dengan kondisi persalinan di negara-negara lain? Berikut di antaranya.
1. Cina: Adaptasi Persalinan Barat
Kebudayaan Barat di multisektor rupanya sulit dibendung oleh negeri sosialis ini, termasuk metode persalinan yang kebarat-baratan. Wanita Cina yang berkecukupan biasanya memilih untuk melahirkan secara Caesar di rumah sakit ternama dengan kamar VIP. Tindakan Caesar pun meningkat sebanyak 90 persen beberapa tahun terakhir, terutama bagi mereka dengan kondisi perekonomian yang tinggi.
Namun rupanya, tradisi kuno zuoyuezi yang merupakan perawatan postpartum, tetap dipegang teguh para keluarga Cina. Pasca-persalinan wanita Cina akan menghabiskan waktu hampir sebulan untuk beristirahat di dalam rumah, sementara anggota keluarga lain yang mengurus keperluan mereka.
2. Korea Selatan: Stoicism, Bukan Epidural!
Bumil di Korea Selatan percaya bahwa pikiran dapat memengaruhi kondisi bayi mereka kelak, baik fisik maupun psikis. Banyak dari mereka berpendapat, semakin cantik Anda selama hamil, semakin cantik Si Calon Bayi kelak. Mereka juga menghindari makanan tertentu, seperti menghindari makan bebek, karena takut Sang Anak akan memiliki kaki berselaput.
Kini, 96 persen persalinan di Korea Selatan dilakukan di rumah sakit, karena pihak asuransi menanggung penuh biaya persalinan. Anggota keluarga wanita biasanya menemani di ruang bersalin, sementara Sang Suami hanya menunggu di luar. Masyarakat Korea percaya paham stoicism—tidak mengekspresikan rasa sakit dan tidak mengeluh soal sakit yang dirasakan. Untuk meredakan rasa sakit atau epidural, mereka lebih memilih menggunakan aromaterapi, acupressure, dan musik, untuk meringankan sakit. Pasca-persalinan, wanita Korea menjalani masa sanhojori, yang biasanya dilakukan di rumah sendiri atau rumah orangtua mereka.
3. Swedia: Role Model bagi Dunia
Swedia merupakan salah satu negara dengan tingkat menyusui tertinggi dan juga tingkat kematian bayi terendah di dunia. Swedia juga dinobatkan sebagai tempat terbaik nomor 3 untuk menjadi seorang ibu oleh Save The Children, setelah Islandia dan Norwegia. Negara ini juga memiliki tingkat kelahiran Caesar yang rendah. Di sana, biasanya bidan yang mengurus semua persalinan, dan dokter hanya menangani kondisi tertentu saja ketika intervensi medis diperlukan, misalnya memeriksa bayi setelah dilahirkan. Tim yang membantu persalinan terdiri dari seorang bidan, asisten bidan, dan salah satu anggota keluarga.
Di Swedia, perawatan prenatal disediakan secara gratis. Rumah sakit dan tempat bersalin lainnya pun dibuat senyaman mungkin, agar para ibu merasa seperti di rumah. Beberapa institusi rumah sakit bahkan menyediakan lounge yang ditujukan agar para wanita yang tengah menunggu persalinan bisa bersantai dan berbincang sambil menonton televisi atau membaca. Wanita Swedia mendapat edukasi yang baik mengenai persalinan, lengkap dengan semua kemungkinan yang bisa terjadi selama kehamilan hingga persalinan, seperti efek samping dan komplikasi.
Ingin tahu lebih banyak mengenai persalinan di penjuru dunia? Baca M&B edisi Desember 2013. (Gita/Rosa/DMO/Dok. M&B)