FAMILY & LIFESTYLE

5 Faktor Penyebab Bayi Meninggal dalam Kandungan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Bagi ibu hamil, tak ada yang lebih penting dibandingkan kesehatan janin di dalam rahimnya, hingga pada saatnya nanti Si Kecil lahir ke dunia dalam kondisi sehat dan selamat.

Kendati demikian, bukan perkara yang mudah menjaga kesehatan bayi di dalam kandungan selama 9 bulan. Ada sejumlah kondisi yang bisa mengancam nyawa janin bahkan menyebabkannya meninggal dalam kandungan.

Bayi meninggal dalam kandungan (stillbirth) sendiri, menurut American Pregnancy Association, merujuk pada kondisi janin meninggal dalam kandungan di usia lebih dari 20 minggu kehamilan.

Apa saja faktor yang bisa meningkatkan risiko tersebut? Berikut penjelasannya, Moms.


1. Gangguan Plasenta

Plasenta sangat krusial bagi perkembangan janin, karena perannya dalam menyalurkan oksigen dan nutrisi. Karena itu, jika ada gangguan atau kelainan pada plasenta sehingga tidak berfungsi dengan baik, hal ini bisa mengancam keselamatan janin Anda, Moms.

Jika organ ini bermasalah, maka perkembangan janin bisa terhambat dan menjadi penyebab janin meninggal dalam kandungan. Salah satu masalah pada plasenta adalah plasenta abruptio (plasenta terlepas dari dinding rahim). Hal ini sangat berbahaya bagi janin karena dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi buatnya.


2. Masalah pada Tali Pusat

Selain plasenta, organ lain yang juga vital bagi perkembangan janin adalah tali pusat. Tali pusat menghubungkan janin dengan plasenta sehingga janin bisa makan dan bernapas.

Gangguan pada tali pusat juga bisa mengancam nyawa janin, misalnya tali pusat yang melilit atau terpuntir di leher janin sehingga bisa menghambat aliran oksigen.

Masalahnya, Moms juga tidak bisa merasakan apa-apa jika terjadi kelainan pada tali pusat. Paling-paling jika janin gawat, Moms bisa merasakan gerakan janin berkurang. Anda harus waspada jika jumlah gerakan berkurang. Janin bergerak minimal 10 kali dalam 10 jam. Jika gerakannya kurang, lebih baik segera ke rumah sakit.


3. Cacat Lahir

Cacat lahir (birth defect) juga bisa menjadi penyebab stillbirth, Moms. Pemicunya adalah kelainan kromosom, yang berakibat pada pertumbuhan struktur tubuh janin menjadi tidak normal atau mengalami cacat berat. Selain itu, cacat lahir juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.


4. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri merupakan salah satu infeksi yang kerap menyebabkan stillbirth. Umumnya ini terjadi karena bumil yang terinfeksi tidak memperoleh penanganan yang tepat. Infeksi jenis ini memang seringkali tidak terdeteksi, Moms.

Bakteri bisa menyebar dari vagina menuju rahim lalu menginfeksi janin. Beberapa jenis bakteri yang berbahaya dan bisa mengakibatkan infeksi antara lain adalah Streptococcus, Escherichia coli, Enterococcus, dan Mycoplasma.

Anda juga perlu wapada dengan bahaya TORCH, Moms. TORCH sendiri adalah gabungan dari empat jenis penyakit infeksi yaitu, Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (infeksi menular seks), dan Herpes. Keempat jenis penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan bakteri bawaan yang dapat membahayakan janin bila diderita oleh ibu hamil. Penyakit-penyakit tersebut akan dengan mudah menginfeksi janin dalam kandungan. Karena itu, penting untuk Anda melakukan pemeriksaan TORCH saat hamil ya, Moms.


5. Penyakit dan Riwayat Kesehatan Ibu

Penyakit dan riwayat kesehatan yang dimiliki oleh bumil juga bisa mengakibatkan stillbirth, misalnya diabetes yang tidak terkontrol, lupus, atau gangguan pembekuan darah. Pun ibu hamil yang menderita tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol bisa menyebabkan pre-eklampsia yang akan meningkatkan risiko janin meninggal dalam kandungan.

Jadi, jika punya riwayat penyakit tertentu saat hamil, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)