TOODLER

Yang Perlu Anda Lakukan Jika Balita Suka Ikut-ikutan


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setelah Si Kecil sudah mulai aktif dan bisa melakukan banyak hal, ia pun akan mulai sering meniru yang dilakukan oleh orang lain, misalnya saat temannya berlarian di sekitar taman, anak Anda pasti akan menirunya. Bahkan mungkin ketika kakaknya memanjat, Si Adik juga akan melakukannya.

Kondisi ini menjelaskan bahwa Si Kecil mungkin sedang memasuki fase 'latah', atau suka meniru perilaku orang lain. Jika hal yang ditiru negatif, Anda wajar saja kesal dan memarahinya. Tapi Anda juga perlu tahu, bahwa di balik kebiasaanya itu, Si Kecil sebetulnya sedang dalam proses belajar tentang banyak hal, Moms.


Meniru = Tahap Belajar

Usia balita adalah usia di mana anak suka sekali meniru. Sejak manusia lahir, imitasi adalah insting untuk meniru apa yang diamati dari lingkungan. Jadi bila Anda melihat Si Kecil mulai suka meniru apa yang dilakukan teman sebayanya, artinya ia sedang dalam tahap belajar mengenai perilaku baru dari contoh atau model yang dilihatnya. Dan itu adalah hal yang baik untuk tumbuh kembangnya.

Perilaku meniru dapat dilakukan oleh anak usia berapa pun. Akan tetapi, anak balita akan langsung meniru apa yang mereka lihat karena mereka belum dilengkapi kemampuan kognitif yang baik. Menurut Mita Aswanti, Psi., psikolog anak dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, kebiasaan meniru ini merupakan salah satuu hal penting dalam tahap perkembangan anak.

Si Kecil dapat belajar menguasai perilaku atau keterampilan baru tanpa instruksi verbal yang mendetail. Dan umumnya, balita suka meniru karena rasa senang. Misalnya, saat ia meniru kakaknya memukul-mukul meja. Awalnya memang tanpa sadar ia melakukan karena melihat. Tapi lambat laun, ia dapat menemukan kesenangan ketika melakukan hal tersebut karena pukulannya mengeluarkan bunyi yang seru dan menarik. Faktor penyebab lainnya adalah perhatian.


Proses Tiga M

Si Kecil meniru apa yang dilakukan orang lain, ia harus melewati tiga proses pembelajaran. Pertama ia harus memerhatikan bagaimana model atau si contoh melakukan perilaku. Kedua, ia menyimpan perilaku yang dilihatnya dalam memori. Ketiga, ia harus mampu meniru tingkah polah yang mereka lihat. Dan ia juga harus memiliki keterampilan lebih saat meniru, agar gerakan atau perilaku yang ia lakukan sama dengan yang dilakukan si model. Anda harus bangga karena di sinilah kemampuan kognitif anak sedang diasah.

Namun, semua hal tersebut dapat dilakukan batita Anda bila ia memiliki motivasi untuk melakukan suatu hal yang telah diamati, diingat, dan kemudian dipraktikkan. Inilah tugas Anda, yaitu mampu memberikan motivasi karena motivasi menjadi faktor penting dalam proses belajar setiap anak.


Kapan Boleh Marah

Jika Si Kecil meniru perilaku yang negatif, Anda jangan buru-buru memarahi anak. Sebaliknya, Anda harus tenang, kemudian ajak ia bicara tentang perilaku yang ditunjukkannya. Tanya mengapa ia melakukan hal tersebut, lalu jelaskan mengapa tindakannya tidak baik untuk dilakukan.

Peringatan dapat diberikan dengan tegas, tetapi sebaiknya tanpa hukuman fisik. Ingat, bahwa belajar juga dapat terjadi dengan mengamati bagaimana orang tua berperilaku. Pemahaman tentang mana yang baik dan tidak baik dilakukan ini juga berkaitan dengan kemampuan kognitif.

Karena itu, penanaman tentang mana yang pantas dan tidak pantas harus dilakukan sejak dini. Hati-hati dengan bagaimana Anda berperilaku dalam aktivitas sehari-hari karena anak juga bisa mengamati dan belajar dari perilaku orang tuanya. karena itu, jadilah contoh yang baik untuk Si Kecil ya, Moms. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)