TOODLER

11 Fakta TBC atau Tuberkulosis pada Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, setiap tanggal 24 Maret kita peringati sebagai Hari TBC sedunia. Dari sekian banyak penyakit yang mengintai anak, TBC atau tuberkulosis memang sepertinya menjadi penyakit yang paling mengkhawatirkan. Wajar saja jika Moms khawatir ini akan menyerang anak Anda, karena anak bisa tertular kuman TB kapan saja dan di mana saja. Nah, untuk meningkatkan pengetahuan Anda tentang TBC, mari simak 10 fakta tentang TBC pada anak berikut ini.


1. Bisa menyerang semua organ tubuh

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang hampir semua organ tubuh seperti tulang, selaput otak, kelenjar getah bening, mata, ginjal, jantung, hati, usus, dan bahkan kulit anak, Moms.


2. Ditularkan oleh orang dewasa

"Penyakit ini ditularkan oleh orang dewasa yang menderita TB aktif melalui percikan dahak yang keluar saat batuk, bicara, bersin, atau bernyanyi," tulis dr. Wahyuni Indawati, Sp.A (K), pada situs IDAI. Kemudian, bila anak atau orang dewasa lain menghirup percikan dahak orang dewasa yang mengandung kuman TB, masuk ke paru-paru, maka akan menyebabkan timbulnya infeksi TB.


3. Gejala pada anak tidak spesifik

Beda usia, beda pula gejalanya. Menurut dr. Wahyuni, berbeda dengan gejala TB pada orang dewasa yang gejala utamanya batuk lebih dari 3 minggu, maka gejala TB pada anak tidak spesifik.


4. Gejala TB pada anak

Mengutip IDAI, orang tua harus curiga anaknya terinfeksi TB, bila terjadi beberapa gejala berikut:

• Demam lama > 2 minggu atau demam berulang (umumnya demam tidak terlalu tinggi),

• Nafsu makan turun, berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut,

• Batuk yang menetap atau memburuk > 3 minggu,

• Anak tampak lesu dan tidak kelihatan seaktif biasanya,

• Teraba benjolan di leher (umumnya lebih dari satu),

• Kontak erat dengan penderita TB paru aktif.


5. Bisa terjadi gejala khusus pada anak

Selain gejala-gejala di atas (yang bersifat umum), anak juga bisa mengalami beberapa gejala yang bersifat khusus, Moms. Menurut IDAI, gejala khusus yang sering dijumpai adalah:

• Ada benjolan di tulang belakang (gibbus),

• Pembengkakan sendi (sendi panggul, sendi lutut, sendi ruas jari),

• Kejang,

• Penurunan kesadaran (TB selaput otak),

• Jantung bengkak,

• Perut membesar.


6. TB pada anak lebih sulit dideteksi

"Diagnosis TB pada anak lebih sulit dibandingkan pada dewasa, karena gejalanya terkadang kurang khas dan anak belum dapat sepenuhnya mengeluarkan dahak untuk diperiksakan. Oleh sebab itu dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak," tulis dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K), Ketua UKK Respirologi PP-IDAI, pada laman IDAI.


7. Tiga pemeriksaan utama

Menurut IDAI, pemeriksaan terpenting untuk menegakkan diagnosis TB pada anak adalah uji tuberkulin yang disebut dengan uji Mantoux (Mantoux test). Jika uji tuberkulin tidak tersedia maka dokter akan memberikan alternatif pemeriksaan berupa tes IGRA (Interferon gamma release assay)-TB, ini adalah pemeriksaan darah. Setelah itu, pemeriksaan penting lainnya adalah rontgen dada anak.


8. Bisa disembuhkan dengan obat

Jika tim dokter sudah menegakkan TB pada anak, maka ia harus minum obat secara teratur selama 6 bulan. Namun jika kondisi TB pada anak Anda terbilang berat, misalnya sampai mengenai selaput otak, maka obat harus diminum selama 12 bulan. Jangan kaget jika Anda melihat warna urine anak menjadi merah dengan semburat oranye, karena itu sering terjadi saat anak minum obat TB.


9. Bisa kambuh dan semakin parah

Minum obat selama 6 bulan, atau bahkan 12 bulan, memang membosankan. Wajar saja jika anak merasa jenuh dan sering menolak minum obat. Namun para orang tua harus memiliki cara kreatif agar anak tidak putus minum obat sampai habis. Karena pengobatan yang tidak tuntas bisa mengakibatkan TB kambuh dalam bentuk yang lebih parah.


10. Sudah ada sejak dahulu kala

Menurut Kementerian Kesehatan RI, TB diperkirakan sudah ada di dunia sejak 5.000 tahun sebelum masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam 2 abad terakhir.


11. Angka tertinggi di Jabar

Berdasarkan laporan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2015, angka pasien TB anak (0-14 tahun) yang diobati, tampak proporsi pasien TB anak terendah di provinsi Sulawesi Tenggara (1%) dan tertinggi di provinsi Jawa Barat (14%). (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)