FAMILY & LIFESTYLE

Ini Tahapan yang Dilakukan saat Persalinan Normal


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Saat dokter memperkirakan Anda bisa menjalani persalinan normal, ada tahapan yang akan dijalankan. Para praktisi menggambarkannya dalam 3 tahapan. Tahap pertama adalah pelebaran mulut rahim dengan 3 fase, yaitu fase dini, aktif, dan transisi. Tahap kedua merupakan proses mengejan dan melahirkan. Sementara tahap ketiga adalah untuk mengeluarkan plasenta.


Kontraksi Disertai Lendir Darah

Menurut dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA Bunda, Jakarta, tahapan persalinan dimulai dengan kontraksi perut secara teratur, yaitu 2 kali dalam 10 menit. Kadangkala, kontraksi ini disertai dengan lendir darah. "Proses pembukaan leher rahim akan dinilai dan dipantau intensif oleh dokter kandungan maupun bidan," terang dr. Cepi.

Pelebaran mulut rahim dimulai di tahap pertama persalinan. Pada fase dini, terjadi pelebaran mulut rahim hingga 3-4 cm. Pada sejumlah wanita, mulut rahim melebar hingga 3 cm sebelum ada yang dirasakan. Sementara yang lain, bisa merasakan kontraksi kuat tanpa mengalami pelebaran mulut rahim sama sekali.

Kontraksi bisa terasa ringan dan tidak beraturan. Dimulai dengan jarak antar kontraksi 5-30 menit yang berlangsung selama 30-45 detik. Moms bisa melihat cairan berwarna agak merah muda dan sedikit terasa tidak nyaman di bagian perut. Ketuban bisa pecah di fase awal ini atau terjadi kemudian dengan sendirinya atau melalui bantuan praktisi.

Selama kontraksinya relatif ringan dan jaraknya agak jauh, Moms masih bisa menghabiskan waktu di rumah, dengan tetap melakukan kontak dengan dokter atau bidan. Sambil menunggu, Moms bisa melakukan kativitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau menonton televisi. Kalau Moms merasa baik-baik saja, jalan kaki santai tidak masalah. Hal ini justru dapat mempercepat proses persalinan.


Induksi Epidural

Setelah itu, Moms masuk fase aktif ketika persiapan serius untuk persalinan dimulai. Di fase aktif, kontraksi mulai terasa terus-menerus dengan pelebaran mulut rahim berkisar 4-7 cm. Secara perlahan, intensitas dan frekuensinya meningkat dengan jarak 3-5 menit. Rasa nyeri bisa terpusat di punggung bawah, perut, atau paha.

Kontraksi yang cukup intens ini bisa membuat Anda sulit berbicara. Di fase ini pula, Moms bisa mengalami peningkatan jumlah cairan berwarna pink atau kecokelatan. Bila memungkinkan dan diperbolehkan, Moms dapat mandi air hangat untuk rileksasi. Bantuan epidural bisa diminta di fase ini.

"Induksi epidural diperlukan pada kondisi ibu yang tidak kuat menahan sakit akibat kontraksi. Biasanya dilakukan saat pembukaan aktif atau di atas pembukaan 6 cm," tutur dr. Cepi. Kemudian di fase transisi, mulut rahim makin melebar hingga 8-10 cm. Selaput ketuban, biasanya baru dipecahkan saat pembukaan hampir lengkap atau setelah lengkap, guna mempercepat kelahiran bayi.

Fase akhir di tahap pertama ini bisa berlangsung 20 menit hingga 2 jam pada ibu yang baru melahirkan bayi pertama. Sementara pada ibu yang pernah melahirkan sebelumnya, fase ini dapat berlangsung lebih cepat. Kontraksi di fase ini cukup intens dengan jarak 1-3 menit.

Moms bisa mengalami rasa lelah, gemetar, takut, dan mual, akibat tubuh melakukan upaya keras untuk mencapai pelebaran rahim yang lengkap. Anda bisa merasakan keinginan kuat untuk mengejan bersamaan dengan tekanan di area rektum dan rasa menyengat di area vagina saat kepala bayi mulai turun menuju vagina yang sudah membuka.

Namun Moms sebaiknya tidak mengejan terlebih dahulu sebelum dokter atau bidan memberi instruksi. Mereka akan memberikan instruksi ketika mulut rahim sudah benar-benar melebar. Pada fase ini, dengan bantuan dari pasangan, fokus pada teknik napas dan rileksasi.


Bantuan Forceps

Baru di tahap kedua, persalinan dimulai. Bagitu mulut rahim benar-benar melebar, dokter atau bidan akan memberikan tanda untuk Moms mulai mengejan. Saat mengejan, mungkin saja Anda terengah-engah dan kelelahan. "Alat bantu forceps dilakukan saat pasien merasa sudah tidak kuat untuk mengejan atau sudah lelah, padahal pembukaan sudah lengkap dan kepala bayi sudah turun. Selain itu, alat bantu forceps juga digunakan saat detak jantung bayi sudah menurun sewaktu pembukaan sudah lengkap sehingga harus segera dilahirkan," urai dr. Cepi.

Setelah bayi keluar, masuklah tahap ketiga. Di tahap terakhir ini, kelahiran bayi akan diikuti dengan keluarnya plasenta. Kondisi ini biasanya membutuhkan waktu hingga 30 menit. Kontraksi berikutnya akan membantu mendorong plasenta keluar.

Meletakkan bayi di dada Moms untuk IMD, menjadi salah satu cara untuk merangsang kontraksi rahim dan membantu pengeluaran plasenta. Proses persalinan pun berakhir. Kini saatnya Mom bisa beristirahat sambil menunggu waktu menyusui Si Kecil. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)