TOODLER

Sekolah Cikal Dorong Anak Berkontribusi untuk Sesama


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setiap orang tua tentu berharap Si Kecil dapat menjadi sosok yang sukses dan berguna bagi sesama. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menyiapkannya. Sekolah Cikal Cilandak sebagai salah satu institusi pendidikan berusaha mewujudkannya dengan mengadakan PYP (Primary Years Program) Exhibition pada 13-14 Februari 2019.



PYP Exhibition diikuti oleh seluruh murid tingkat akhir di Sekolah Dasar Cikal, dengan total 84 murid. Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan Sekolah Cikal dalam bentuk pameran karya ilmiah. Program ini meliputi proses penelitian yang dimulai dari menemukan isu dan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta merumuskan solusi yang berguna bagi masyarakat.

Tahun ini, PYP Exhibition Sekolah Cikal fokus pada sains dengan mengambil tema "How The World Works". Selama 3 bulan, para murid melewati proses analisa masalah, pencarian data, membuat kesimpulan, dan melakukan aksi yang merupakan usaha untuk penanggulangan dari isu yang diangkat. Dengan hal ini murid diharapkan bukan hanya mengembangkan pengetahuannya tentang sains, tapi juga menjadi individu yang semakin kreatif dan bijak berinovasi. Di sini para murid memamerkan hasil karya ilmiah mereka.



Farsha, siswa kelas 5C, membuat sebuah proyeksi prototip alat pendeteksi tsunami yang terbuat dari bahan sederhana seperti akuarium kaca, gelas plastik, dan lainnya. Ia berharap agar alat penemuannya ini dapat membantu Indonesia kelak, mengingat Indonesia merupakan daerah kepulauan yang sangat rentan akan tsunami. "Seperti kejadian Palu dan Donggala kemarin, semoga ini bisa membantu Indonesia," tutur Farsha. Dalam prosesnya, Farsha dibantu oleh para peneliti di UNJ.

Selain itu, Aida, siswi kelas 5C, membuat sepatu khusus bagi para penderita LLD (Limb Length Discrepancy). "Aku dapat inspirasi untuk membuat sepatu ini saat menonton Asian Paragames 2018. Para atlet memang sudah terlatih, tapi bagi orang lain dengan LLD kondisi ini dapat sangat berbahaya. Maka dari itu aku ingin membantu mereka," tutur Aida. LLD sendiri merupakan kondisi di mana satu kaki lebih pendek dari kaki satunya, sehingga posisi tubuh tidak seimbang. "Terlebih lagi setelah aku melakukan investigasi, perbedaan panjang kaki bisa mencapai 8 cm. Ini dapat sangat berbahaya," timpal Aida. Sebagai aksinya, Aida berbagi ilmunya tentang LLD dan hasil karya ilmiahnya dengan YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Jakarta. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. M&B)