Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Di musim hujan seperti ini, Demam Berdarah Dengue (DBD) lebih sering terjadi lho, Moms. DBD merupakan ancaman kesehatan yang pertumbuhannya sangat cepat di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Walaupun penyakit ini serius, sebagian besar masyarakat dan orangtua tidak mengetahui gejala DBD, serta penanganan awal yang tepat, terutama pada anak.
Untuk itu, Moms dan keluarga harus ekstra waspada dalam mencegah dan mengenali gejalanya. Jangan sampai penyakit akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti ini menyerang keluarga Anda. Terlebih, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan kalau DBD lebih sering terjadi dan bisa lebih berbahaya jika dialami oleh anak. Kok bisa begitu ya? Menurut IDAI, itu terjadi karena respons imun anak terhadap infeksi virus dengue belum sempurna, sehingga hasil akhir infeksi adalah kerusakan dinding pembuluh darah dan perembesan plasma darah.
Gejala DBD pada Anak
IDAI menyarankan untuk segera ke dokter jika anak mengalami beberapa gejala berikut:
⢠Demam lebih dari 3 hari, dan tidak turun setelah diberikan obat penurun panas.
⢠Demam disertai bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang dengan penekanan.
⢠Demam disertai perdarahan spontan dari mulut, hidung, atau tempat lain yang tidak biasa.
⢠Demam disertai penurunan trombosit, leukosit, dan peningkatan hematokrit.
⢠Ada penderita DBD di sekitar tempat tinggal atau sekolah.
⢠Anak cenderung tidur terus dan sulit dibangunkan, meracau, dan ujung-ujung jari teraba dingin.
⢠Demam disertai tanda bahaya DBD; sering muntah, sakit perut hebat, jarang buang air kecil atau tidak buang air kecil dalam 4-6 jam.
Mengatasi DBD pada Anak
Menurut IDAI, penderita DBD harus dipantau dan diobservasi terus-menerus, terutama pada fase kritis (hari bebas demam). Maka umumnya penderita DBD harus dirawat di rumah sakit, untuk menjamin observasi dan menjaga volume cairan pembuluh darah tetap memadai.
Namun sebelum dibawa ke dokter, Moms bisa langsung memberikan cairan sebanyak mungkin. Cairan yang dianjurkan adalah yang mengandung mineral (cairan isotonik kaleng atau oralit). Bagaimana dengan pemberian jus jambu, angkak, atau kurma? Walau banyak yang bilang ini efektif, namun manfaatnya belum terbukti secara ilmiah dan bisa dijadikan pedoman.
Berita baiknya, IDAI tidak melarang pemberian minuman tersebut, asalkan Moms mengantisipasi akibatnya, yaitu muntah. Minuman bercita rasa tajam dapat memancing muntah, dan tentu saja itu dapat memperburuk kondisi Si Kecil.
Waspadai DBD dan atasi dengan tepat ya, Moms. (Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)