Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Masa awal kanak-kanak merupakan masa emas tumbuh kembang Si Kecil dan juga awal dari proses belajarnya. Anak usia dini memiliki kemampuan belajar yang luar biasa, yang meliputi proses mengamati, berpikir, dan beraksi. Moms juga perlu tahu, 80 persen proses belajar anak dilakukan dengan cara mengamati (observasi) dengan menggunakan panca inderanya.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Pediatric Institute Publications, anak di bawah umur tiga tahun belajar dengan mengobservasi orang dewasa, bahkan pada saat Anda tak menyadarinya atau tidak bermaksud mengajarkan apa pun. Si Kecil belajar bagaimana cara kerja suatu benda dan apa yang bisa ia lakukan dengan benda tersebut hanya dengan mengamati Anda atau orang terdekatnya.
Aktivitas melihat atau mengamati akan mendukung observasi Si Kecil. Karenanya, selain menunjukkan dengan gerakan, Anda juga bisa menggunakan alat peraga atau gambar untuk mengenalkan suatu hal.
Penting juga bagi Anda untuk mencontohkan perilaku positif agar si pengamat cilik pun bisa melakukan hal positif. Biarkan Si Kecil melihat Anda melakukan hal-hal yang Anda ingin ia lakukan, misalnya membawa piring kotor ke dapur, atau membereskan mainan setelah selesai dimainkan.
Belajar Lewat Visual
Menurut Roslina Verauli, M.Psi, psikolog anak, perkembangan sinaps di otak terbentuk dengan pesat di 2 tahun pertama usia anak. Pembentukan ini khususnya berkembang di daerah korteks otak yang mengatur kemampuan sensor motor dan semua area penginderaan.
Dari semua indera, memang di usia ini Si Kecil lebih banyak belajar lewat visual. Sebagai stimulasi, orang tua bisa mengajaknya bermain untuk merangsang kemampuan observasi dan berpikir. Ada banyak eksperimen yang bisa Anda terapkan pada Si Kecil sebagai stimulasi akal pintarnya.
Anda bisa mengajaknya mengunjungi taman dekat rumah agar ia bisa melihat dan berobservasi dengan apa yang dilihatnya di taman tersebut. Contoh lainnya, Anda bisa mengajaknya membuat boneka jari, kemudian membuat cerita dengan boneka jari tersebut. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Dok. Freepik)