Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
T: Usia saya 34 tahun, memiliki putra berusia 4 tahun dan sedang hamil 7 bulan. Sekitar 2 tahun lalu, saya didiagnosis menderita skoliosis. Di kehamilan ini, saya mengalami sakit pada tulang ekor juga vagina. Apakah yang harus saya lakukan? Apakah kondisi ini berbahaya?
J: Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang menyebabkan poros tengah tulang belakang agak melengkung ke kiri atau ke kanan dengan sendi yang berputar. Berat ringannya skoliosis tergantung dari derajat kelengkungan tulang, yaitu ringan (kurang dari 20 derajat), sedang (20-40 derajat), dan berat (lebih dari 40 derajat).
Kelainan bentuk tulang belakang memang terkadang membuat daerah pinggang lebih gampang pegal, terutama di kehamilan trimester ke-3. Umumnya, keluhan ibu hamil penderita skoliosis yang juga memiliki masalah berat badan atau obesitas adalah low back pain atau nyeri pada tulang belakang. Jika Anda mengalami low back pain, atasi dengan menjaga kenaikan berat badan selama kehamilan dan melakukan olahraga peregangan otot-otot pinggang dan sekitarnya, seperti yoga, yang dapat mengurangi rasa sakit dan pegal yang muncul. Lakukanlah olahraga tersebut secara rutin dan didampingi oleh ahlinya untuk alasan keamanan.
Selain itu, jika Anda mengidap skoliosis berat, hal ini tentu akan memengaruhi kenyamanan selama kehamilan, misalnya sulit menjaga keseimbangan postur tubuh yang miring, nyeri punggung, serta sulit bernapas karena terhambatnya gerakan rusuk dan berkurangnya kapasitas paru-paru. Ada baiknya konsultasikan dahulu gangguan ini dengan dokter ortopedi, untuk mengetahui perlu tidaknya tindakan koreksi.
Skoliosis sendiri tidak secara langsung mengganggu perkembangan janin. Kehamilan serta proses persalinan antara ibu hamil dengan skoliosis dan ibu hamil tanpa skoliosis, hampir sama. Penderita skoliosis bisa melahirkan normal karena proses persalinan lebih ditentukan pada kondisi tulang panggul.
(Dijawab oleh dr. Ardiansjah Dara, Sp.OG, M.Kes., MRCCC Siloam Hospital, Jakarta)
(M&B/SW/Dok. Freepik)