BUMP TO BIRTH

Penyakit yang Harus Diperhatikan Sebelum Anda Hamil


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Jika Anda sedang merencanakan kehamilan, sebaiknya perlu berhati-hati jika memiliki riwayat penyakit, misalnya kelainan jantung atau diabetes, karena kehamilan bisa berisiko memperberat penyakit tersebut. Sebab, kehamilan tersebut akan menjadi beban tersendiri.

“Karena pada prinsipnya, seluruh organ tubuh bekerja lebih berat daripada biasanya. Meski bergantung pada kondisi penyakit, jika disepelekan, akan berpotensi memperparah penyakit yang diderita, bahkan berdampak kematian pada ibu hamil,” ungkap dr. Ridwan Mahmuddin Sp.OG dari RSIA Evasari, Jakarta. Namun, selama bisa menjaga kondisi kesehatan, Moms tetap memiliki kesempatan untuk hamil, kok! Berikut ini beberapa penyakit yang mesti Anda perhatikan sebelum hamil.

Penyakit Jantung

Wanita yang memiliki penyakit jantung boleh hamil dengan mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit. Sebab, ada beberapa kondisi melarang penderitanya untuk hamil. Seperti tetralogy fallot, yang merupakan kelainan penyakit jantung bawaan. Selain itu, ada mitral stenosis yang merupakan penyempitan katup mitral jantung. Karenanya, konsultasikan terlebih dahulu kondisi penyakit Anda kepada dokter jika ingin merencanakan kehamilan.

Menurut dr. R. Aditya, Sp.OG dari RSPI Pondok Indah, Jakarta, sejak awal kehamilan, dokter kandungan maupun dokter jantung akan memantau kondisi Moms dan janin. “Sebab, wanita yang memiliki riwayat penyakit jantung berpotensi lebih besar menurunkan masalah kesehatan tersebut kepada anak,” jelasnya.

Diabetes

Diabetes melitus bukan tergolong penyakit yang mengancam nyawa ketika hamil. “Selama dilakukan kontrol dan pemberian obat-obatan sebelum kehamilan, diabetes tidak akan semakin parah,” tutur dr. Ridwan. Jika ingin hamil, ibu disarankan untuk mengonsumsi asam folat 3 bulan sebelum hamil. Kadarnya sekitar 5 mg setiap hari, serta perlu mengonsumsi obat-obatan diabetes secara rutin. Ini dilakukan agar tidak terjadi komplikasi dan kadar gula dalam tubuh terkontrol.

“Apabila lalai, penderita diabetes berisiko mengalami pre-eklampsia, melahirkan bayi besar, atau bayi dengan kelainan jantung,” ucap dr. Aditya. Namun, pastikan bahwa obat tersebut aman dikonsumsi saat hamil dengan berkonsultasi pada dokter kandungan.

Hepatitis

Hepatitis merupakan peradangan hati dengan berbagai penyebab. Wanita yang menderita hepatitis masih memiliki kesempatan untuk hamil, dengan melihat tingkat keparahan penyakit dan pengobatannya. Selain itu, diperlukan persiapan khusus saat persalinan nanti.

Tingkat penularan hepatitis B dari ibu ke anak sekitar 20-90 persen. “Setelah lahir, bayi akan diberikan vaksin hepatitis B dan antibodi atau immunoglobulin hepatitis B, sehingga bayi diharapkan akan memiliki kekebalan terhadap hepatitis B,” terang dr. Ridwan.

Lupus

Rata-rata para ahli sepakat jika penderita lupus bebas serangan selama 6 bulan, ia diperbolehkan untuk hamil. Kendati demikian, penelitian menunjukkan sekitar 30-40 persen penderita mengalami serangan saat hamil, seperti terjadi kerusakan ginjal, pembengkakan sendir, dan nyeri.

Karenanya, Anda perlu melakukan pemeriksaan secara mendetail, mulai dari pemeriksaan fungsi ginjal hingga kondisi darah. Selama hamil, berkonsultasilah dengan dokter kandungan serta dokter yang menangani imunologi dan alergi. Anda pun masih diperbolehkan mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol penyakit autoimun ini.

Hipertensi

Wanita yang mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi, dapat terjadi pre-eklampsia saat hamil. “Namun, jika hipertensi dapat dikontrol sejak trimester pertama, maka angka kejadian pre-eklampsia akan lebih rendah,” ujar dr. Aditya.

Ini disesuaikan dengan gaya hidup penderita selama hamil hingga persalinan. Skrining pun wajib dilakukan pada usia kehamilan 11-13 minggu. Dengan menggabungkan hasil USG yang detail dengan hasil pemeriksaan darah, akan terlihat seberapa besar risiko-risiko masalah kesehatan yang akan menyerang.

Asma

Karena terjadi perubahan hormon selama hamil, penyakit asma bisa menjadi lebih berat, sama saja, atau malah lebih ringan. “Pengidap asma tidak dilarang untuk hamil selama sang ibu tahu pencetus dan cara mengatasi serangan asmanya,” jelas dr. Ridwan. Namun jika asma sering kambuh dan kondisinya cukup parah, pertumbuhan bayi bisa tidak optimal dan berukuran kecil. Jadi, pemeriksaan rutin perlu dilakukan.

Penting untuk diingat, bahwa pemberian obat-obatan terkait penyakit di atas bisa berdampak pada janin. Namun, ada golongan obat yang aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil. Sehingga akan memberi pengaruh baik pada ibu dan bayi. Maka, berikan informasi lengkap kepada dokter kandungan mengenai penyakit yang diderita ya, Moms. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)