FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Talasemia (1)


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Mungkin sebagian dari Anda masih asing dengan penyakit talasemia ini. Ya, talasemia merupakan kelainan darah yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk membentuk hemoglobin yang sehat. Sementara, kita tahu bahwa hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh, juga karbon dioksida ke paru-paru untuk dihembuskan. Penyakit yang umumnya diturunkan dari orangtua ke bayinya ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah merah, sehingga terjadi anemia akut.

Riset mengungkap, 6 sampai 10 orang dari 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Jika sepasang dari mereka menikah, risiko untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25 persen, 50 persen pembawa sifat talasemia, dan 25 persen normal. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.

Ada 2 tipe talasemia. Gejala dan tingkat keparahannya tergantung pada berapa banyak gen yang telah bermutasi, juga bagian hemoglobin yang terpengaruh. Kedua tipe talasemia tersebut adalah:

1. Talasemia alfa, disebabkan oleh mutasi hingga 4 gen. Tipe talasemia ini sebagian besar terjadi pada bayi-bayi Afrika, juga bayi yang memiliki gen Timur Tengah atau Asia.

2. Talasemia beta, disebabkan oleh lebih dari 200 mutasi gen. Tipe ini lebih umum terjadi dibanding talasemia alfa. Bayi-bayi keturunan Mediterania, Timur Tengah, Asia, ataupun Afrika paling mungkin berisiko mengalami talasemia tipe ini.

Dalam 2 tipe talasemia di atas, terdapat 2 sub tipe talasemia, yaitu talasemia minor dan talasemia mayor. Talasemia minor terjadi bila gen hanya berasal dari salah satu orangtua, sementara talasemia mayor terjadi jika gen talasemia diturunkan dari kedua orangtua. Bayi dengan talasemia minor tidak mengalami gejala berarti, tetapi ia bisa menurunkan penyakit tersebut kepada anak-anaknya kelak. (Aulia/DMO/Dok. Freedigitalphotos)