Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat hamil, plasenta dapat mengalami gangguan. Maka wajib bagi bumil untuk menjaga kesehatan plasenta yang berfungsi sangat penting bagi perkembangan janin. Plasenta sendiri berfungsi untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi ke tubuh janin, membuang residu yang dihasilkan oleh tubuh janin, serta melindungi janin dari infeksi bakteri.
Terlepas dari perannya yang penting, plasenta dapat mengalami berbagai macam gangguan kesehatan. Secara umum terdapat 5 gangguan fungsi pada plasenta yang dapat mengganggu perkembangan janin Moms dalam kandungan.
1. Plasenta Abrupsi/Solusio
Plasenta abrupsi merupakan kondisi plasenta mengelupas dari dinding rahim sebelum melahirkan, baik sebagian maupun seluruh plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan ibu serta janin. Plasenta yang mengelupas dapat mengurangi suplai oksigen dan nutrisi bagi janin, hingga membuatnya harus lahir prematur.
Pada ibu, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai tingkat pendarahan vagina, nyeri, atau bahkan kram. Abrupsi yang tidak terdeteksi meningkatkan risiko masalah pertumbuhan pada bayi. Sebanyak 15% kasus plasenta abrupsi yang sangat parah berujung pada kematian janin.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti ibu yang memiliki hipertensi kronik, hipertensi gestational, maupun preeklampsia. Gemar merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol juga menjadi penyebab terjadinya kondisi plasenta abrupsi tersebut.
Tindakan penanganan dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, lokasi pengelupasan, serta usia kehamilan. Namun, dapat dipastikan bahwa tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghentikan abrupsi plasenta dan mengembalikan posisi plasenta.
2. Plasenta Previa
Plasenta previa merupakan kondisi di mana plasenta menutupi mulut rahim secara parsial maupun total. Ini adalah permasalahan plasenta yang umum terjadi pada awal masa kehamilan, dan dapat hilang seiring perkembangan rahim dan janin. Gangguan plasenta ini pun dapat ditemukan pada akhir masa kehamilan, sehingga menyebabkan pendarahan yang parah sebelum atau saat melahirkan. Kondisi ini dapat berujung pada sejumlah permasalahan lain, termasuk persalinan prematur.
Penyebabnya sendiri karena usia ibu saat hamil yang lebih dari 35 tahun atau telah menjalani kehamilan lebih dari 4 kali. Sang ibu juga mungkin pernah hamil kembar dua atau lebih. Jika kondisi ini terjadi, maka akan ada pendarahan tanpa rasa sakit di trimester kedua atau pun ketiga masa kehamilan.
Setelah didiagnosis memiliki plasenta previa, tindakan penanganan yang umum dilakukan adalah istirahat total. Tindakan lain yang juga sering disarankan adalah tidak melakukan aktivitas seksual selama hamil. Selain itu, tes USG yang dilakukan secara berkala juga penting untuk mengontrol kondisi plasenta.
Bagi Moms yang ingin mengetahui permasalahan mengenai plasenta saat hamil, selengkapnya bisa didapatkan di Majalah Mother&Baby Indonesia edisi Mei 2018. Mulai dari penjelasan hingga penyebab, gejala, hingga tindakan yang bisa dilakukan dibahas lengkap di sana. (Gabriela Agmassini/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- gangguan plasenta