Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Bantu Anak Sukses Bergaul di Sekolah

Bantu Anak Sukses Bergaul di Sekolah

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

 

Masuk preschool adalah pengalaman baru yang sangat besar artinya bagi hidup anak. Selain belajar banyak hal, di sana ia juga akan bertemu dan bergaul dengan berbagai macam tipe dan karakter anak yang akan menjadi temannya sehari-hari.

 

Aspek pergaulan di sekolah sangat penting bagi anak. Memiliki teman-teman yang menyenangkan dapat membantu anak menikmati hari-hari sekolah, juga penting untuk mengasah kecerdasan sosialnya. Meskipun begitu, pastinya tidak semua anak mengalami pergaulan yang mulus-mulus saja di sekolah. Ini dapat dimaklumi, sebab anak usia prasekolah masih perlu belajar bersosialisasi sehingga masih perlu bantuan dari orang dewasa di sekitarnya.

 

Beberapa anak memiliki isu dalam pergaulan di prasekolah, yang berhubungan dengan karakter, posisi di keluarga (anak sulung, bungsu atau tunggal), dan pola asuh orangtua. Misalnya, anak yang berkarakter easy going atau ekstrovert kemungkinan lebih mudah berbaur dengan teman dibandingkan anak yang pemalu. Atau anak yang memiliki kakak atau adik, lebih mudah berbagi dan bergantian dengan teman dibanding anak tunggal, sebab ia terbiasa sharing.

 

Ada beberapa kondisi anak yang dapat menimbulkan isu dalam pergaulan di sekolah. Ini yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya, Moms.

 

1. Si Pendiam. Di sekolah ia cenderung penyendiri dan hampir tidak pernah bermain dengan teman. Di kelas ia berinteraksi seperlunya dengan teman, sewaktu playtime ia memilih permainan soliter, misalnya membaca buku atau main ayunan sendirian. Anda bisa bantu Si Kecil dengan:

- Beri contoh kepada anak untuk menyapa orang yang ia temui di sekolah, baik teman maupun guru.

- Minta kepada guru agar mencarikan teman bagi anak, mulai dari satu, lalu 2-3 teman hingga akhirnya berkelompok.

- Adakan playdate untuk membantu anak bersosialisasi lebih intensif dengan teman baru. Mulailah dengan kelompok kecil.

 

2. Si Dominan. Ciri-cirinya, saat bermain ia selalu ingin lebih dulu, suka menyuruh teman, kadang-kadang mendominasi permainan bahkan cenderung mem-bully teman yang dianggap lebih 'lemah'. Anda bisa bantu Si Kecil dengan:

- Jangan langsung memarahi bila mendapati ia dominan di pergaulan.

- Beritahu ia baik-baik. Katakan jika ia ingin minta tolong teman, mintalah dengan sopan, dan tentu temannya berhak menolak.

- Minta bantuan guru untuk memberi perhatian khusus dan jika perlu mendudukkan dan mengelompokkan si kecil dengan anak lain yang juga dominan. Awalnya mereka mungkin berkonflik sebab masing-masing ingin jadi leader. Anda bisa menjelaskan bahwa ia harus berbagi ‘kekuasaan’ dan bergantian memimpin agar kegiatan berjalan lancar.

 

3. Si tukang iseng. Mulai dari menyembunyikan topi teman hingga bercanda di tangga sekolah. Perilaku iseng biasanya timbul karena anak mencari perhatian. Mungkin di keluarganya ia sukses mendapat atensi dari perbuatan jahil itu atau justru dianggap lucu oleh keluarga. Namun, kadang perilaku isengnya mengganggu, bahkan bisa mencelakakan. Anda bisa bantu Si Kecil dengan:

- Tanyakan kepada anak mengapa ia berbuat satu keisengan. Dari situ, Anda bisa tahu alasan di balik keisengannya. Mungkin ia hanya ingin bercanda atau bosan.

- Sampaikan pada anak keisengannya tidak selalu menyenangkan atau pada tempatnya. Jika saat belajar atau sampai mengganggu teman, maka itu tidak boleh. Jika ia iseng karena bosan, ia bisa minta guru untuk mencarikan aktivitas.

- Ajarkan anak berempati dengan bertanya “Bagaimana rasanya jika kamu yang diisengi seperti itu?”

- Jika ia tetap iseng, ajarkan disiplin dengan menerapkan konsekuensi dari ulah isengnya, misalnya tidak boleh bermain dengan mainan favoritnya untuk beberapa waktu.

 

4. Si temperamental. Anak mudah 'meledak' jika ada hal yang tidak sesuai keinginannya. Akibatnya, ia sering mendapat masalah saat berinteraksi dengan teman. Anak temperamental dapat dibentuk oleh lingkungan, misalnya sifat orangtua yang juga temperamental. Atau bisa juga karena ia sulit berekspresi dengan cara lain, misalnya karena keterampilan bahasanya belum lancar. Akhirnya anak melepaskan emosi dengan menjerit atau membanting benda. Anda bisa bantu Si Kecil dengan:

- Jika sifat temperamental diduplikasi dari orangtuanya, Moms dan Dads mesti instropeksi untuk mengubah perilaku itu atau menahan emosi saat di depan anak sehingga tak ditiru anak.

- Ajarkan anak konsep mengelola emosi. Katakan, Anda paham perasaannya ketika marah, sedih atau kecewa dan itu wajar, namun harus dikelola dengan baik, misalnya dengan menarik nafas panjang, diam, dan berhitung 1-10, jangan langsung berteriak atau menghentakkan kaki. Jika sudah agak tenang, anak bisa bicarakan apa yang membuatnya emosi.

- Tingkatkan kecerdasan bicara dan bahasanya jika temperamen anak disebabkan ia belum lancar mengemukakan sesuatu.

 

5. Si tukang ngobrol. Si Kecil kerjanya ngobrol terus. Ia bisa menceritakan apa saja kepada temannya, dari bertemu anak kucing di jalan hingga pengalaman pergi saat weekend. Ia bahkan tetap mengobrol saat guru berbicara. Anda bisa bantu Si Kecil dengan:

- Minta guru memisahkan tempat duduknya dengan anak lain yang juga suka mengobrol.

- Beri ia tugas yang menuntut untuk fokus atau tenang, seperti mewarnai, menyusun balok dan membuat prakarya.

- Buat kesepakatan dengan anak berupa “waktu mengobrol”, misalnya 3-5 menit show and tell. Setelah itu ia harus diam dan mendengarkan.

- Tetapkan juga aturan dan konsekuensi, misalnya jika ia tidak mengobrol di kelas saat guru mendongeng, ia mendapat sticker yang disukainya. (Susanto Wibowo/Dok. Freepik)