Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat hamil, Moms tentunya ingin memiliki kondisi yang selalu sehat. Faktanya, tidak selalu demikian. Ada kalanya kondisi tubuh menurun, sehingga Anda mengalami demam, sakit kepala, diare, dan lainnya.
Secara umum, ada baiknya Moms tidak mengonsumsi obat bebas saat hamil kecuali memang diperlukan. Disarankan untuk menghindari konsumsi obat yang tidak diperlukan, terutama di awal kehamilan. Alasannya, di trimester pertama, organ-organ janin berkembang dengan cepat dan rentan terhadap risiko potensial dari obat-obatan.
Hanya saja, tidak berarti Anda harus menahan rasa sakit yang dialami. Kalaupun tidak bisa mengatasi sakit tersebut dengan obat-obatan, dokter akan meresepkan obat yang aman untuk kehamilan.
Menurut dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RSIA Bunda, obat dengan kategori A adalah yang terbaik dikonsumsi dan aman untuk ibu hamil serta janinnya. Jadi, inilah rekomendasi isi kotak obat untuk ibu hamil.
Pereda Nyeri dan Demam
Obat golongan parasetamol, dikatakan dr. Cepi, termasuk yang aman untuk pereda nyeri atau demam. Sementara aspirin dan obat-obatan anti-inflamasi non-steroid, seperti ibuprofen sebaiknya dihindari. Karena, sejumlah studi menunjukkan bahwa mengonsumsi obat-obatan tersebut di awal kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran dan cacat janin.Untuk sakit kepala, selain dengan konsumsi parasetamol juga bisa diatasi dengan kompres dingin dan beristirahat. Untuk demam, Moms bisa membantu mengatasinya dengan kompres air hangat.
Flu
Obat flu golongan N-asetyl-sistein termasuk aman bagi bumil. Kalau memerlukan dekongestan atau pelega hidung tersumbat, dokter dapat menyarankan penggunaan semprotan hidung yang mengandung oxymetazoline. Untuk meredakan batuk, dokter kerap merekomendasikan obat batuk yang mengandung dextromethorphan.
Ibu hamil, tidak dianjurkan mengonsumsi obat flu yang mengandung alkohol, dekongestan yang mengandung pseudoefedrin dan fenilefrin yang bisa memengaruhi aliran darah ke plasenta. Selain konsumsi obat, sangat diajurkan untuk beristirahat, banyak minum (terutama air hangat), maupun menggunakan semprotan hidung yang mengandung garam, untuk mengurangi rasa sesak.
Sembelit dan Diare
Diperkirakan, sekitar 40 persen bumil mengalami konstipasi atau sembelit. Hormon progesteron yang dilepaskan saat hamil selain membantu mempermudah proses persalinan nantinya, juga memengaruhi otot di sekitar usus. “Akibatnya, pencernaan menjadi lamban,” terang Mervi Jokinen dari The Royal College of Midwives.
Untuk Moms yang mengalami sembelit, bisa menyiapkan obat laksatif atau mengandung polikarbofil, metilselulosa, atau pelunak feses lain. Sementara untuk diare, gunakan obat dengan kandungan loperamid. Guna menggantikan cairan elektrolit tubuh yang hilang, bisa digantikan dengan oralit atau minuman elektrolit.
Sembelit juga bisa diatasi dengan konsumsi makanan tinggi serat dan cukup cairan. Olahraga ringan, termasuk berenang atau jalan kaki, dapat membantu mengatasi sembelit karena meningkatkan sirkulasi yang dapat merangsang sistem pencernaan.
Mual, Kembung, dan Heartburn
Untuk Moms yang mengalami mual, bisa menyiapkan obat golongan ranitide. Obat ini tergolong aman untuk bumil. Kalau perut terasa kembung, dapat menggunakan obat yang mengandung simethicone. Dan bila mengalami heartburn, obat dengan kandungan antasid dapat disediakan dan dikonsumsi.
Simtom Alergi
Bagi yang mengalami simtom alergi dan sudah melewati trimester pertama, dokter biasanya menyarankan obat golongan antihistamine chlorpheniramine. Obat ini tergolong pilihan aman dan telah digunakan bertahun-tahun oleh ibu hamil. (Diana Y. Sari/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)