Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Duh! Gadget Jadikan Anak Susah Fokus Belajar

Duh! Gadget Jadikan Anak Susah Fokus Belajar

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Kemajuan teknologi saat ini memberi pengaruh yang cukup mengubah gaya hidup masyarakat. Salah satunya dengan memberi gadget atau gawai untuk menenangkan Si Kecil. Menurut banyak orang, cara ini termasuk ampuh dan menjadi kunci utama agar anak bisa lebih tenang saat makan atau ketika emosinya sedang meledak.

 

Namun, hal ini sama sekali tidak dibenarkan secara medis. “Untuk anak usia 5 tahun ke bawah, fisik mereka belum siap untuk menerima paparan sinar atau radiasi dalam durasi yang lama,” jelas Amanda Margia Wiranata, Psikolog Anak & Keluarga. Karenanya, disarankan agar orang tua tidak memberikan akses secara mudah pada balita untuk menggunakan gadget.

 

Gadget Menghambat Kemampuan Motorik

Selain itu, kemampuan motorik mereka, baik kasar maupun halus akan berkembang secara lambat. Hal ini disebabkan anak hanya fokus pada apa yang mereka lihat pada layar gadget. Mereka menjadi kurang bergerak, bahkan hanya hal sederhana seperti menulis atau menggambar.

 

Fakta ini pun didapat dari hasil penelitian Kaleidoskop, bahwa sebanyak 84 persen anak-anak di AS tidak bisa memakai gunting dan krayon. Hal ini karena mereka lebih terbiasa dengan layar monitor pada gadget atau perangkat teknologi lainnya. Anak-anak juga menjadi sulit bersosialisasi pada lingkungan karena selalu berinteraksi dengan karakter di dalam animasi tontonannya.

 

Gadget Jadikan Anak Susah Fokus

Efek negatif yang dialami Si Kecil juga tidak hanya dialami saat ini saja. Namun, bisa menyambung saat usia sekolah, di mana ia akan merasa cepat bosan atau sulit fokus pada pelajaran. Alasannya karena pergerakan animasi secara digital bergerak dengan cepat, sedangkan proses belajar membutuhkan waktu. Hal ini pun membuat anak merasa kegiatannya di sekolah berjalan terlalu lambat daa kurang menyenangkan.

 

Dampak bermain game secara digital juga menyebabkan anak sulit mengatur emosinya sendiri. Sebagai contoh, dalam game, anak dapat kembali mengulang permainan ketika kalah. Namun, berbeda dengan kehidupan nyata, di mana membutuhkan perjuangan untuk mencapai sesuatu dan tidak bisa diulang ketika mengalami kegagalan. Mereka menjadi kurang bisa memahami orang lain secara langsung, meski teman atau saudara sendiri.

 

Solusi Efektif

Untuk mengatasinya, Amanda memberikan saran waktu pemberian gadget yang tepat bagi Si Kecil. Seperti di atas, orang tua belum perlu mengenalkan penggunaan gadget pada anak usia balita. Setelah masuk SD, batasi penggunaan gawai, misal hanya 1 jam pada akhir pekan. Semakin beranjak dewasa, orang tua bisa menyesuaikan sendiri dengan kebutuhan anak.

 

Jadi, cobalah untuk mencari kegiatan lain yang bisa Si Kecil lakukan untuk menggerakan badannya. Jangan takut panas, kotor, atau anak terluka karena dapat membuat anak lebih mengerti kehidupan. Mereka juga menjadi lebih berani dan mandiri meski harus ditinggal bekerja oleh orang tuanya. Semoga bisa menjadi inspirasi ya, Moms. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)