Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Wah! Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian Mendadak

Wah! Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian Mendadak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Setiap orang pernah patah hati, setidaknya sekali – entah karena ditinggal pujaan hati atau salah orang tua kita meninggal. saat kita patah hati – khususnya saat awal-awal, rasa sesak muncul dalam dada. Hal itu karena kenangan atau bayang-bayang masa lalu masih mengintai kita. Bahkan, sampai kita dibuat sulit bernapas. Sesak.

 

Di kondisi itu, pernahkah Anda berpikir bahwa karena patah hati bisa bikin orang meninggal? Pasalnya, ternyata orang yang patah hati bisa membuat nyawanya melayang. Tidak percaya?

 

Kematian itu muncul karena sindrom patah hati (broken heart syndrome) yang membuat jantung menjadi sesak akibat tekanan situasi yang belum bisa diterima. Entah itu putus hubungan cinta atau ditinggal meninggal orang yang dicintai.

 

Sindrom ini juga dikenal dengan namatakotsubo cardiomyopathy (TTC). Pertama kali ditemukan pada tahun 1990 di Jepang. Setelahnya, muncul banyak kasus di seluruh dunia karena TTC. Namun, penelitian menunjukan, TTC terdiaganosa pada sekitar 0.02 persen pasien yang dirawat di Amerika – meski itu jumlah yang kecil.

 

Cara mengetahui orang terkena sindrom patah hati ialah ialah melemahnya kerja ventrikel kiri, ruang utama jantung memompa darah. Hal itu bisa terjadi akibat stres parah baik secara emosional maupun fisik.

 

"Ketika Anda tahu 'cara kerja' penyakit ini, pada takotsubo cardiomyupathy atau sindrom patah hati, hormon stres berproduksi dalam jumlah banyak. Dan Anda akan merasakan kepala Anda pusing sampai masuk ke dalam tubuh dan hampir menyebabkan detak jantung Anda berhenti. Efek dari hormon-hormon stres yang muncul itu, gejala muncul pun seolah seperti serangan jantung, ungkap Dr. Suzanne Steinbaum, ahli jantung, sebagaimana dilansir laman Fox News, Kamis (15/2/2018)

 

Di titik ini, banyak juga yang salah mengdiagonsis bahwa itu merupakan serangan jantung dari penyakit jantung. Bukan dari sindrom patah hati. Hal itu terjadi karena gejala yang muncul sama dan untuk mengecek kebenarannya, dokter biasanya mengukanan teknologi pencitraan.

 

Dokter Suzanne menjelaskan, perbedaan tanda serangan jantung akibat dari penyakit jantung dengan sindrom patah hati terletak penyakit jantung akibat penyumbatan total atau sebagian pada arteri. Sementara sindrom patah hati, arteri tidak tersumbat, namun aliran darah di lorong-lorong jantung berkurang.

 

Penanda jelas kalau serangan jantung akibat sindrom patah hati kecenderungannya muncul beberapa menit setelah seseorang mengalami stres yang parah.

 

"Keluhan pertama yang dirasakan ialah sesak napas, nyeri dada, palpitasi yang mana semua itu mirip seperti serangan jantung (akibat penyakit jantung)." ungkap Suzanne. "Solusi dalam kondisi itu ialah secepatnya ke rumah sakit. Karena apa yang terjadi saat golden periode jadi penentu pemulihan seseorang."

 

Penelitian juga menunjukan, wanita yang sudah tua lebih berisiko mengalami sindrom patah hati. Tersebab, berkurangnya kadar estrogen, khususnya usai menopouse. Menurut hasil tinjuan klinis di tahun 2010, kasus TCC munula pada wanita berusia 58 tahun sampai 75 tahun.

 

"Mengapa TTC terjadi pada wanita berusia tua, Karena saat kita mengalami menopause, kita tidak punya sistem perlindungan untuk menjaga hati seperti kita saat muda," tambah Suzzane.

 

Namun demikian, meski sekarang belum ada terapi yang benar-benar mencegah efek buruk TTC, belajar mengatasi stres, tetap rileks dan menghilangkan depresi bisa memerbaiki kesehatan baik fisik dan emosional. (Qalbinur Nawawi/ Dok. Free Pik)