Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Waspada Preeklampsia Pasca Melahirkan, Moms!

Waspada Preeklampsia Pasca Melahirkan, Moms!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Sebuah penelitian yang dilakukan badan amal Blood Pressure, UK, menunjukkan bahwa ibu yang mengalami preeklampsia saat hamil tetap memiliki tekanan darah tinggi pasca melahirkan. Hal ini tentu mengejutkan, karena kondisi tersebut kemungkinan besar tidak terdeteksi saat sedang memeriksakan diri ke dokter.

"Jadi, fakta bahwa lebih dari separuh kasus ibu dengan tekanan darah tinggi tidak mendapatkan penanganan dari dokter," jelas Katharina Jenner peneliti sekaligus perwakilan Blood Pressure UK. Hasil dari penelitian ini pun dimaksudkan agar bisa mendorong para wanita, khususnya yang mengalami preeklampsia saat hamil. Mereka diminta untuk tetap memonitor tekanan darahnya di rumah agar bisa mendapatkan penanganan medis lanjutan. 

Rutin Pantau Tekanan Darah Pasca Melahirkan

Dr. Philip Lewis, pengelola klinik tekanan darah dan bersalin di Stockport, NHS Foundation Trust juga mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut penting untuk dipahami para ibu. Ia berharap agar para ibu baru bisa memantau tekanan darah 24 jam sehari, selama satu tahun pasca melahirkan.

"Penyakit Hipertensi yang tersembunyi adalah yang paling berbahaya. Hal ini dikarenakan penderita meyakini bahwa kondisinya baik-baik saja. Dengan begitu, ia tidak perlu repot-repot kontrol atau berobat ke dokter," tambah Dr. Philip. 

Dengan melakukan pengecekan tekanan darah pasca melahirkan selama 24 jam dalam satu tahun, tentu dapat mengidentifikasi risiko yang akan terjadi. Ibu yang mengalami preeklampsia saat hamil pun nantinya bisa mendapatkan penanganan yang tepat sebagai pencegahan.

Mengancam Ibu dan Bayi

Preeklampsia sendiri adalah kelainan yang muncul pada tahap akhir kehamilan dan ditandai dengan tekanan darah tinggi serta kelebihan protein dalam urin. Preeklampsia ringan mempengaruhi 6% kehamilan dan kondisi terparah dapat mempengaruhi sekitar 1-2% kehamilan. Meski hanya kasus ringan, kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi serius bagi ibu dan bayi jika tidak dipantau dan diobati. 

Kondisi ini sendiri merupakan penyebab utama terjadinya kematian ibu dan anak di seluruh dunia. Karenanya, perawatan dan pemantauan  secara teratur sangat penting untuk menghindari komplikasi serius. Satu-satunya cara untuk menyembuhkan preeklampsia adalah dengan melahirkan sang bayi.

Namun, menurut Prof. Basky Thilaganathan, konsultan kebidanan dan juru bicara Royal College of Obstetricians and Gynecologists, kondisi preeklampsia ini bisa terjadi pada siapapun calon ibu. Sehingga membutuhkan tes dan pemeriksaan lebih lanjut terkait hal tersebut. (Vonia Lucky/TW/Dok. Freepik)