Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Anda punya anak yang sudah kecanduan gadget? Walau sudah menjauhkan gadget dari tangan Si Kecil, namun tetap saja hasilnya tidak berhasil. Jika semua cara sudah dicoba (dan selalu gagal), mungkin sudah waktunya Anda berkonsultasi dengan pakarnya. Kapan ya waktu yang tepat untuk berkonsultasi dengan sang ahli?
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI, menjelaskan bahwa orang tua boleh memikirkan meminta bantuan ahli ketika:
1. Anak sudah bereaksi berlebihan ketika penggunaan gadget dibatasi.
2. Orang tua tidak tahu harus bagaimana lagi mengatasi kecanduan anak.
3. Ketika main gadget-nya sudah menganggu aktivitas lain, seperti belajar, tidur dan bersosialisasi.
“Arti reaksi berlebihan ini itu anak Anda berani sampai menyakit diri sendiri atau orang lain hanya karena gadget-nya diambil,” katanya ketika diwawancarai redaksi Mother&Baby, Selasa, (6/2/2018).
Namun demikian, tak perlu cepat menyerah juga ya, Moms. Karena kunci vital kecanduan gadget teratasi tetap berkat peran orang tua, bukan datang dari psikolog. Oleh karenanya, saat mendisiplinkan anak orang tua jangan tidak tegaan terhadap anak. Anda harus bisa tegas demi masa depan anak
“Misal, langkah pertama ialah mengurangi frekuensi jam main gadget mereka. Nah, Anda sebagai orang tua bisa tegas sekalipun anak menangis saat gadget-nya Anda ambil. Jangan luluh hanya karena anak menangis,” terang Vera.
Kemudian, Anda juga harus mengurangi penggunaan gadget saat mengdisiplinkan anak. Karena perilaku orang tua ialah tempat mereka belajar. Berikanlah contoh yang baik agar mereka relatif bisa melapaskan gadget dalam genggamannya.
“Akan sulit memisahkan anak dengan gadget-nya kalau orang tuanya asyik sendiri dengan gadget-nya. Itu karena anak-anak belajar sesuatu dengan mencontoh perilaku orang tua. Kalau orang tua sudah mencontohkan yang baik, pasti anak mudah diberi tahu dan durasi penggunaan gadget bisa turun,” pungkasnya. (Qalbinur Nawawi/TW/Dok. Freepik)