Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada Tingkat BPA Tinggi pada Anak

Waspada Tingkat BPA Tinggi pada Anak
botol susu

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Beberapa jenis produk yang familiar dengan anak-anak, seperti botol plastik, mainan plastik, kaleng makanan, dan minuman ringan umumnya dibuat dengan menggunakan bahan kimia Bisphenol A ( BPA ).

 

Sebuah studi baru menunjukkan, anak dengan penggunaan tingkat BPA tinggi ternyata  memiliki risiko yang lebih besar mengalami obesitas. Menurut hasil riset di Pediatrics, University of Michigan, tim mempelajari tingkat BPA dalam urin anak-anak dan dicocokan dengan kadar lemak, lingkar pinggang mereka, dan faktor risiko kesehatan lain yang terkait dengan penyakit kronis.

 

"Studi pada orang dewasa telah menunjukkan keterkaitan antara tingkat BPA yang tinggi dan obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Namun, efek yang terjadi pada anak-anak lebih sedikit," tulis penulis studi, Dr Donna Eng, lulusan Pediatric Endocrinology Fellowship dari Universitas Michigan.

 

Studi tersebut menemukan bahwa risiko obesitas yang lebih tinggi juga dihubungkan dengan tingginya kandungan BPA pada urine. Selain itu, peneliti juga melaporkan bahwa anak-anak dengan tingkat BPA yang lebih tinggi, lebih mungkin untuk memiliki rasio lingkar pinggang yang  abnormal. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang signifikan dengan indikator penyakit kronis lainnya, seperti tentang kadar kolesterol, insulin, atau glukosa.

 

BPA sendiri merupakan bahan yang sangat transparan terhadap sinar sehingga banyak digunakan sebagai bahan alternatif pengganti kaca, seperti kacamata, botol, dan lainnya. Senyawa BPA  dikatakan dapat mengganggu sistem endokrin, dan memberi efek seperti hormon estrogen. Senyawa BPA tidak tahan gores dan suhu tinggi, sehingga dikhawatirkan terkontaminasi ke dalam makanan. Bayi dan anak-anak lebih berisiko terhadap paparan BPA, karena tubuhnya sedang berkembang dan belum memiliki sistem detoksifikasi yang alami.

 

Sementara itu, banyak produsen di seluruh dunia secara sukarela telah menghentikan produksi kemasan dengan kandungan BPA, karena meningkatnya jumlah penelitian yang menunjukkan adanya toxic yang dapat membahayakan anak-anak.

 

Food and Drug Administration (FDA) di Amerika, negara Eropa, dan Kanada telah menghapus penggunaan BPA pada beberapa kemasan produk bayi dan wadah minuman sejak 2011 lalu. Namun di Australia, BPA masih dapat digunakan dalam pembuatan makanan dan minuman kemasan, termasuk kemasan yang dirancang khusus untuk bayi. Bagaimana dengan Indonesia?

 

Di Indonesia, penelitian tentang BPA masih simpang siur. Belum ada penelitian resmi yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sebaiknya, Anda mulai lebih selektif dengan memilih BPA Free pada botol susu atau wadah makanan Si Kecil. Semoga banyaknya  penelitian tentang efek BPA ini dapat membantu menentukan kebijakan yang mengatur produk dengan konsumen anak-anak. (Aulia/doc.M&B)