Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Rutin Periksa Payudara ya, Moms!

Rutin Periksa Payudara ya, Moms!
Breast Cancer

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bagi wanita, payudara merupakan sesuatu yang berharga. Karena itu, penting sekali memeriksa payudara Anda sendiri agar penyakit kanker payudara terdeteksi sejak dini.

 

Sayangnya, menurut dr. Niken Wastu Palupi, MKM, masyarakat Indonesia belum sadar akan bahayanya penyakit kanker. Banyak alasan masyarakat malas melakukan pemeriksaan payudara sejak dini. “Banyak orang yang merasa tidak ada anggota keluarganya yang memiliki penyakit ini sehingga tidak mau melakukan pemeriksaan. Jika sampai diperiksa dan ketahuan penyakitnya lebih dini, mereka akan menjadi stres,” ujar dr. Niken selaku Kasubdit Penyakit Kanker & Kelainan Darah Kemenkes RI.

 

Spesialis bedah onkologi DR. dr. Samuel J. Haryono, Sp.B(K) pun menambahkan bahwa benjolan di payudara tidak terasa sakit dan penderitanya kebanyakan sudah menopause. “Kalau tidak ada kanker, tidak akan periksa karena tidak ada urgency-nya. Ini membuat orang-orang kurang mawas diri. Ketidaktahuan juga menjadi salah satu faktor,” ujar dr. Samuel dalam diskusi bertajuk “Lakukan SADANIS, Selamatkan Diri Sejak Dini” yang digelar dalam rangka Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia yang diperingati setiap bulan Oktober.

 

Edukasi perlu dilakukan terus-menerus

Padahal, kenyataannya, kanker yang ditemukan di stadium awal, masih bisa ditolong. Untuk itu, penting sekali untuk terus mengedukasi masyarakat tentang periksa payudara sendiri atau yang dikenal dengan Sadari. Selain Sadari, Sadanis atau periksa payudara secara klinis juga perlu dilakukan. Sadanis bisa dilakukan dengan USG atau mamografi. “Sadari bisa dilakukan sekitar 7—10 menit setiap bulannya. Sementara Sadanis bisa dilakukan di puskesmas secara gratis,” ujar dr. Niken.

 

Meski begitu, menurut Linda Gumelar dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia, ada masyarakat di daerah yang tahu Sadanis. “Hanya saja, SDM-nya, yaitu dokter onkologinya, tidak ada. Selain SDM-nya tidak banyak, alatnya pun tidak ada di daerah-daerah,” kata Linda.

 

Untuk mendukung hal ini, Philips memiliki alat bernama Mamografi MicroDose. “Jika Sadari kurang akurat, lebih baik orang yang lebih ahli yang memeriksa (Sadanis) agar hasilnya lebih detail. Jangan takut untuk memeriksa menggunakan alat ini karena paparan radiasi mamografinya sangat kecil,” ujar Suryo Suwignjo, Presiden Direktur Philips Indonesia. (Risia Ruswati/TW/Dok. Freepik.com)