Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Waspada Gangguan Pencernaan GER dan GERD

Waspada Gangguan Pencernaan GER dan GERD

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bagi orangtua yang memiliki bayi, pemandangan anak muntah mungkin sudah tidak asing lagi bagi Anda. Namun jika hal itu sering terjadi, maka Anda perlu mencurigai Si Kecil mengalami gangguan pencernaan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kelainan yang paling sering menyebabkan muntah pada bayi adalah gastroesophageal reflux atau yang sering disebut GER.

 

“Ini adalah kembalinya isi lambung ke kerongkongan, dan dapat terus keluar lewat mulut. Kandungan isi lambung tersebut dapat berupa air liur, minuman atau makanan, sekresi pankreas, dan sekresi cairan empedu,” tulis Dr. Muzal Kadim, Sp.A (K) dari Divisi Gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

 

Menurutnya, regurgitasi (seperti muntah atau gumoh) terjadi pada hampir 70 persen bayi berusia 4 bulan, dan 25 persen di antaranya merupakan masalah bagi orangtua.

 

Sedangkan menurut American Academy of Pediatrics (AAP), GER biasanya mulai terjadi ketika bayi berusia 2 atau 3 minggu, dan memuncak di usia 4 atau 5 bulan. Pada kebanyakan bayi, GER akan mulai hilang seiring dengan sempurnanya fungsi saluran pencernaan Si Kecil. Selain itu, gejala GER juga membaik ketika Si Kecil mulai bisa duduk dan mulai diperkenalkan makanan padat.


 

Penyebab GER

Ketika perut bayi Anda sudah penuh, atau posisi tubuhnya terus berganti setelah makan, maka isi perutnya (makanan dan asam lambung) akan menekan katup di perut bagian atas. Katup itu bernama lower esophageal sphincter. Otot berbentuk cincin itu biasanya melunak agar makanan dari kerongkongan bisa masuk ke dalam perut, dan mengeras lagi agar makanan tidak keluar. Ketika katup itu belum terbentuk sempurna atau terbuka di waktu yang salah, maka isi perut bisa naik kembali ke kerongkongan dan terjadilah refluks.

 

Pada anak yang lebih besar, makanan yang ia konsumsi juga berperan besar dalam menyebabkan GER. Makan terlalu banyak, terlalu asam atau pedas, berkarbonasi atau mengandung kafein, dapat menyebabkan Si Kecil mengalami GER. Sebagai tambahan, AAP mengatakan kalau GER lebih sering terjadi pada anak yang tergolong overweight atau obesitas lho, Moms!

 

T: Apakah GER berbahaya?

J: Menurut Dr. Muzal, sampai umur 1 tahun, GER masih terbilang normal asalkan bayi tidak menolak minum susu dan berat badannya tetap naik. Bila berat badan Si Kecil tidak naik, barulah Moms perlu memeriksakannya lebih lanjut. Tujuannya untuk menilai derajat GER dengan melakukan pH monitoring. (Tiffany/Dok. Freepik)