Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Nyeri pinggang bagian bawah merupakan kasus yang paling sering terjadi. Ada beberapa literatur yang menyebutkan bahwa paling tidak sekitar 50% orang akan pernah merasakan nyeri pinggang dalam hidupnya. Menurut data yang dikumpulkan perhimpunan dokter saraf di RSCM, terdapat prevalensi 18,37% pasien yang mengeluhkan nyeri pinggang bagian bawah.
“Nyeri pinggang bagian bawah ini juga sangat mengganggu hingga membuat orang tidak bekerja, cuti/izin sakit dari kantor, dan menurunkan produktivitas. Banyak orang yang juga sering bolak-balik ke rumah sakit karena hal ini. Penyakit ini sering dialami oleh pasien usia 41 sampai 60 tahun,” ujar dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS selaku pakar di Klinik Nyeri dan Tulang Belakang Onta Merah, Jakarta.
Salah satu penyebab nyeri pinggang bagian bawah adalah adanya saraf terjepit (herniated nucleus pulposus/HNP) atau keluarnya bantalan tulang belakang. Bantalan tulang yang keluar ini menonjol sehingga menekan saraf di bagian tulang belakang dan terjepit. Gejalanya: salah satu atau kedua betis mengecil, rasa nyeri seperti ditusuk jarum di bagian pinggang hingga kaki, dari pinggang ke bawah terasa lemah dan berat, nyeri lokal di bagian leher atau punggung, hingga pasien merasa mati rasa dan terbakar.
Hilangkan nyeri dengan PELD
Apabila saraf terjepit ini sudah ke level yang berat, dokter akan menyarankan tindakan pembedahan. Dahulu, dalam teknik operasi konvensional, dokter akan melakukan banyak sayatan. Mulai dari sayatan di kulit, otot, pemotongan tulang lamina, baru menyisihkan saraf-saraf, dan mengoreksi bantalan tulang yang menjepit. Akibatnya, banyak perdarahan, risiko terjadinya infeksi, pemotongan tulang lamina yang membuat kekuatan tulang menurun.
Namun, kini ada teknologi terbaru bernama Percutaneous Endoscopic Lumbar Disectomy (PELD). Prosedur ini menggunakan teknik endoskopi sehingga hanya mengakibatkan sayatan kecil pada kulit, memberikan manfaat dan kenyamanan pada pasien karena hanya menggunakan bius lokal.
“Teknologi PELD dengan teknik endoskopi ini menghilangkan nyeri dengan cara mengambil bantalan tulang yang terjepit. Ini merupakan prosedur operasi bedah minimal karena hanya membuka sayatan minimal 1 cm, yaitu sekitar 7 mm, dan tidak ada transfusi darah. Tindakan PELD pun hanya dilakukan dalam waktu sekitar 45 menit,” jelas dr. Mahdian.
Hasilnya pun pasien bisa lebih cepat beraktivitas. “Dengan teknik endoskopi ini, pasien sudah bisa beraktivitas kembali sekitar 1 hingga 2 minggu. Bahkan masa perawatan di rumah sakit pun hanya butuh 1—2 hari saja. Tidak perlu ada terapi lain lagi setelah operasi,” tambah dr. Mahdian. (Risia Ruswati/TW/Dok. Freepik.com)