Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Inilah 10 Fakta tentang Tantrum Pada Anak!

Inilah 10 Fakta tentang Tantrum Pada Anak!

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Si Kecil pernah mengamuk atau marah sambil menjerit-jerit, Moms? Ya, tantrum dialami sebagian anak balita. Defenisi tantrum menurut kamus adalah luapan kemarahan atau kekesalan yang dialami siapa saja. Namun, saat orang-orang membicarakan tentang tantrum, biasanya itu merujuk pada luapan kemarahan seorang anak. Tantrum atau amukan biasanya mencapai puncaknya saat anak berusia 18 bulan hingga 3 tahun. Terkadang ada juga anak usia 5 tahun masih mengalami tantrum. Meski perilaku ini cukup menyebalkan, namun akan hilang sendirinya sesuai dengan pertambahan usia anak.

 

Nah, untuk mengetahui lebih banyak soal tantrum, yuk simak 10 fakta tentang tantrum berikut ini:

1) Walaupun kemarahan merupakan emosi yang jelas terlihat oleh orangtua, namun tantrum selalu menjadi campuran antara amarah dengan perasaan lain seperti frustasi atau panik.

 

2) Tantrum selalu dilakukan di depan orang yang dianggap aman dan nyaman oleh anak, seperti ibu, ayah, kakek, nenek dan anggota keluarga dewasa yang sangat dekat dengan anak.

 

3) Temperamen anak sangat menunjukkan apakah ia suka tantrum atau tidak. Anak yang aktif dan berkeinginan keras kemungkinan besar menunjukkan tantrum.

 

4) Diperkirakan 1 di antara 5 anak usia 2 tahun menunjukkan tantrum 2 kali dalam sehari.

 

5) Jika ditangani dengan baik oleh orangtua, maka tantrum akan semakin jarang terjadi saat anak beranjak besar.

 

6) Tantrum sering terjadi saat perasaan anak di luar kendali.

 

7) Lebih separuh dari kasus tantrum terjadi di rumah, tapi tantrum terburuk sering terjadi di tempat umum, sehingga anak mendapatkan perhatian dari banyak orang, sehingga  kemungkinan orangtua menjadi malu.

 

8) Tingkah laku yang umum dilakukan anak saat tantrum adalah berteriak, menangis, memukul, menendang, mengeraskan tangan dan kaki, menekuk tubuh ke belakang, menjatuhkan tubuh ke lantai dan berlari.

 

9) Pada tantrum yang parah, wajah anak bisa membiru, mual bahkan menahan napas hingga kehilangan kesadaran. Tapi refleks alaminya memastikan anak bernapas kembali sebelum membahayakan tubuhnya.

 

10) Mayoritas tantrum merupakan ekspresi dari kehilangan kendali yang merupakan tanggapan dari perasaan frustasi, ketidakberdayaan dan kemarahan, serta terjadi karena kurangnya keterampilan anak untuk menghadapi perasaan ini. (Meiskhe/HH/dok.HuffingtonPost)