Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

4 Sikap Buruk yang Membuat Pernikahan Retak

4 Sikap Buruk yang Membuat Pernikahan Retak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, setelah menikah selama beberapa waktu, Anda makin memahami bahwa pernikahan tidak seindah dan semudah berpacaran. Selain cinta, dibutuhkan juga kompromi dan usaha lainnya agar pernikahan langgeng. Ada pula beberapa hal yang sebaiknya ditinggalkan agar pernikahan Anda tidak berakhir dengan perceraian. Nah, berikut 4 hal yang dapat meningkatkan risiko Anda bercerai:


1. Penghinaan
“Penghinaan dalam hal ini didefinisikan sebagai perlakuan yang menurunkan derajat pasangan Anda atau menunjukkan superioritas Anda terhadapnya. Hal ini termasuk menyindir, mengejek, atau menggunakan bahasa non verbal seperti melengos,” jelas Sinead Smyth, LMFT, terapis di East Bay Relationship Center, California, seperti dikutip dari Womansday.com.


Solusi: Sinead menyarankan untuk menenangkan diri Anda terlebih dahulu dan mencari tahu penyebab Anda marah. Daripada menghina, cobalah mencari solusi. Contohnya dengan mengatakan “Saya marah karena kita sudah membicarakan hal ini sebelumnya.”


2. Mengkritik
Hindari kata 'selalu' saat memberi kritikan pada suami ya, Moms. Seperti mengatakan 'Kamu selalu telat!' atau 'Kamu selalu lupa membuang sampah!”Kemungkinan besar Anda mengatakan hal-hal tersebut saat mood sedang tidak baik. Memang melampiaskan emosi pada pasangan tidak bisa terhindarkan, tapi jangan memberinya label seperti itu ya, Moms.


Solusi: Memulai percakapan dengan kata-kata negatif akan membuat suami membalasnya dengan hal yang negatif pula. Untuk itu, cobalah memulai kalimat dengan 'saya,' seperti 'Saya khawatir jika kamu datang terlambat tanpa kabar. Bisakah kau menghubungi sebelumnya agar saya tidak khawatir,' atau 'Saya frustasi ketika melihat sampah yang bertumpuk. Bisakah kamu membantu membuangnya?' Suami tentu akan merespons berbeda jika dengan kalimat yang lebih positif.


3. Defensif
Saat terjadi perdebatan atau kritik dari pasangan, salah satu sikap yang biasanya muncul adalah defensif. Wajar untuk bersikap demikian, Moms. Namun, perlu diingat bahwa defensif tidak menyelesaikan masalah dan justru membuat perdebatan makin panas.


Solusi: Cobalah untuk lebih bertanggung jawab dan berbesar hati dalam menerima kritik. Seperti ketika Anda mengkritik pasangan dan ingin didengar, suami juga merasakan hal yang sama.


4. Diabaikan
Pernahkah Anda ingin membahas sebuah masalah dengan suami, tapi ia hanya diam? Mendapatkan perlakuan tersebut memang tidak menyenangkan, Moms. Mungkin alasannya adalah karena suami sendiri sedang mengalami masalah atau tidak tahu apa respons yang sebaiknya dilakukan.


Solusi: Memahami perasaan suami dapat membantu masalah ini dan minta ia untuk mengungkapkan hal tersebut. Katakan hal seperti 'Saya baru saja sampai rumah dan masih lelah. Bisa bicarakan hal ini nanti saja?' Intinya adalah mendeteksi perilaku negatif dan melawannya dengan berbagai cara agar pernikahan tetap langgeng. (Nadia/HH/Dok. Pixabay.com)