Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Sepertinya segala hal bisa dijadikan bisnis di dunia ini. Bahkan, ASI pun bisa dijual untuk menghasilkan uang. Seperti yang dilakukan oleh para ibu miskin di Kamboja. Demi mendapatkan uang, mereka menjual ASI yang dihasilkan ke sebuah perusahaan bernama Ambrosia Lambs (di Kamboja disebut Khun Maeda). ASI itu kemudian diekspor ke Amerika Serikat dan dijual kepada ibu yang tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya.
Menurut pengakuan Cheksrey Toy, 19, seorang ibu yang menjual ASI kepada Ambrosia Lambs, ia direkrut sekitar 6 bulan lalu. Sang perekrut datang untuk mencari ibu yang baru saja melahirkan bayi. “Saya ingin uang dan tidak punya uang sama sekali,” ungkap Toy seperti dilasir dari Broadly.vice.com. Karena ASI, ia bisa mendapat upah sekitar 5-10 USD setiap harinya. Upah ini lebih tinggi dari upah harian nasional di Kamboja yang hanya sekitar 3 USD.
Ambrosia Lambs didirikan oleh 2 warga AS yang pernah tinggal di Kamboja, Bronszon Woods dan Ryan Newell pada Juli 2015. Ide bisnis ASI bermula ketika Bronszon kembali ke AS dan melihat saudari iparnya melahirkan anak kembar namun tidak bisa memberikan ASI untuk mereka. Menyadari permintaan ASI sangat besar, namun persediaan kurang, akhirnya ia pun merintis ekspor ASI dari Kamboja.
Namun, ia menerapkan aturan main. Para ibu yang direkrut wajib memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan seperti rekomendasi WHO, untuk bayinya terlebih dahulu. Setelah lewat dari 6 bulan dan melalui tes kesehatan serta tidak dinyatakan menderita sebuah penyakit, barulah mereka boleh mendonorkan ASI.
Para ibu itu bisa menghasilkan 12 oz Asi setiap harinya atau setara dengan 354 ml per hari, di mana 1 oz (29,5 ml) dihargai 64 sen. Beberapa ibu senang bisa mendonorkan ASI mereka karena menghasilkan uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Seperti diketahui, para ibu di Kamboja masih sering memberikan ASI untuk bayi mereka. Bahkan, sebanyak 65 persen bayi mendapatkan ASI secara ekslusif. Menurut pihak Ambrosia Lambs, bisnis ini adalah solusi win-win, karena selain mendorong ibu tetap menyusui, juga bisa menjadi sumber penghasilan bagi mereka.
Namun ekspor ASI ini justru dikecam oleh organisasi kemanusiaan dan kesejahteraan anak internasional UNICEF. UNICEF melarang ekspor ASI tersebut karena Kamboja termasuk negara miskin di Asia Tenggara, di mana masih banyak bayi yang kekurangan nutrisi.
Tak hanya UNICEF, pemerintah Kamboja juga melarang komersialisasi ASI ini. “Meskipun Kamboja miskin dan ekonominya sulit, namun kami tidak dalam kapasitas mengekspor ASI,” kata Ngor Hong Ly, sekretaris di Kementerian Kamboja seperti dikutip dari Reuters. Ambrosia Lambs belum menanggapi larangan ini, namun di halaman Facebooknya tertulis bahwa perusahaan tidak menerima donor ASI dari ibu yang memiliki anak berusia di bawah 6 bulan, dan tidak diperkenankan memompa lebih dari 2 kali sehari.
Bagaimana dengan Anda, Moms, apakah setuju dengan larangan komersialisasi ASI? (Meiskhe/dok.M&B UK)