Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Pentingnya Menumbuhkan Empati Anak, Ini Stimulasinya

Pentingnya Menumbuhkan Empati Anak, Ini Stimulasinya

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms, tahukah Anda bahwa Si Kecil sudah memiliki kemampuan berempati sejak lahir, lho. Apa tandanya? Si Kecil akan menangis saat mendengar bayi lain menangis. Kemampuan empati itu memang diturunkan secara genetik. Akan tetapi, kemampuan itu tidak berkembang dengan sendirinya alias harus mendapatkan stimulasi.

Nah, untuk tahu cara menstimulasinya, Anda perlu tahu bagaimana perkembangan empati anak. Charles A Smith, seorang pemerhati perkembangan anak membagi tahapan perkembangan empati berdasarkan tahapan usia, sebagai berikut:

Usia 0-1 Tahun

Merespons Anda atau orang lain dengan senyuman.
Merespons dengan suara dan gerakan ketika Anda mengajaknya bicara.
Menangis saat mendengar bayi lain menangis.
Memberi respons yang berbeda ketika melihat wajah yang familiar dan orang asing yang baru dilihatnya.
Memperlihatkan ekspresi yang lebih bahagia saat Anda berinteraksi dengannya dibandingkan dengan orang lain.
Saat Anda menunjukkan ekspresi gembira, ia akan merespons dengan gembira pula. Sebaliknya, jika Anda sedih ia akan menunjukkan ekspresi sedih pula.
Menarik perhatian Anda dengan menangis dan rewel.

Cara menstimulasi:
Bayi sudah menunjukkan empati emosional saat baru lahir (usia 18-72 jam). Biasanya bayi akan ikut menangis saat mendengar bayi lain menangis. Agar empati emosionalnya berkembang sempurna, orangtua perlu turun sendiri untuk merawat Si Kecil. Perbanyak interaksi agar bonding semakin kuat. Bonding yang kuat akan menyebabkan anak memiliki empati yang lebih baik.

Usia 1-2 Tahun
Menangis ketika tahu Anda akan meninggalkannya.
Merasa gelisah atau terganggu saat melihat orang sedang dalam kesusahan.
Menatap wajah ketika diajak mengobrol dan berusaha mengerti obrolan Anda.
Mencoba untuk menenangkan orang sekitarnya yang menangis, sedih, atau sedang kesulitan.
Terlibat dalam tugas rumah tanpa diminta melakukannya.
Senang dengan penonton dan tepuk tangan.

2-3 Tahun
Sudah mulai mengatakan apa yang ia rasakan dan yang diinginkan.
Sangat posesif, memberikan mainan kepada orang lain, namun menginginkannya kembali.
Menggunakan kata-kata untuk menenangkan kakak ataupun adiknya.
Mengerti obrolan meskipun tidak terlibat di dalamnya.
Menggunakan kata dan gestur untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kadang bermain dengan emosi, misalnya pura-pura marah ataupun sedih.

Cara menstimulasi:
Pada batita, ajarkan empati dengan memberi label pada perasaannya. Misalnya, saat ia sedih, katakan padanya, “Kamu lagi sedih ya?” sehingga anak tahu itu perasaannya sendiri. Hindari terlalu banyak marah kepada anak karena akan membuat pemahamannya terbatas pada emosi marah saja. Selain itu, ajak anak untuk banyak bergaul dengan teman-teman sebayanya. Anda juga bisa mulai menyontohkan aksi baik. Misalnya, menolong orang lain, memberikan pujian, mengucapkan terima kasih dan sering-sering memberikan pelukan kasih sayang.

Usia 3-4 Tahun

Mencoba membuat orang tertawa dengan candaannya.
Menarik perhatian orangtua dengan melakukan hal-hal kasar, misalnya menjatuhkan gelas, dan melempar mainan.
Lebih suka bermain bersama teman-temannya daripada bermain sendiri.
Membantu temannya untuk melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendiri.
Tidak menangis ketika berpisah dengan orangtua karena tahu mereka akan kembali lagi.

Usia 4-5 Tahun
Bisa bekerja sama dengan teman-temannya saat bermain maupun dalam roleplay
Sudah mampu tawar-menawar, misalnya "Saya akan memberimu ini jika kamu memberikanku itu."
Mulai membentuk keakraban dengan orang lain. Si Kecil setidaknya memiliki 1 teman yang sangat dekat dengannya.
Memiliki rasa simpati terhadap orang-orang yang membutuhkan.
Menikmati bermain bersama teman-temannya, namun ada suatu waktu ia ingin menyendiri dan bermain sendiri.

Cara menstimulasi:
Selain empati emosional, anak juga sudah mulai mengenal empati kognitif. Ajarkan empati kepada anak lewat kondisi sehari-hari. Misalnya, ketika temannya sakit, ajak anak untuk menjenguk. Begitu pula saat bertemu dengan orang-orang kurang beruntung, ajarkan anak untuk tidak mencela. Anda juga bisa mengajaknya beraksi sosial dengan menyumbangkan mainannya kepada anak-anak yang membutuhkan.

Nah, yuk Moms mulai kita asah kemampuan empati Si Kecil! (Meiskhe/HH/Dok.M&B UK)