Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Melahirkan merupakan momen indah bagi setiap ibu. Namun, kesehatan ibu pada masa-masa setelah melahirkan kerap luput dari perhatian. Padahal, di masa ini, ibu pun menghadapi risiko yang berpotensi mengganggu fisik, mental maupun kehidupan sosial.
Risiko apa sajakah yang dapat dialami para ibu setelah melahirkan? Bagaimana mengantisipasi berbagai risiko tersebut? Simak ulasan berikut:
1. Stretch marks
Meski tidak pada semua kasus kehamilan dan pasca-persalinan, stretch mark umum dijumpai di bagian perut, payudara, paha dan pinggul. Awalnya, gurat perut berwarna kecokelatan yang disbut striae nigra ini mulai timbul di daerah pusar dan memanjang hingga ke arah kemaluan saat kehamilan. Namun setelah melahirkan, garis ini bisa berubah menjadi stiae alba yang berwarna putih.
Saran: Agar stretch marks tak membentuk garis kehitaman yang permanen, disarankan tidak menggaruk bagian perut tersebut, tetapi cukup dengan diusap-usap saja.
2. Kerontokan Rambut
Umumnya, antara 3-6 bulan setelah melahirkan, Anda akan mendapati jumlah rambut yang rontok bertambah, bahkan sebanyak 1 genggaman tangan! Selama kehamilan, rambut Anda memang sedang berada dalam kondisi terbaik (tebal, lebih mudah panjang dan jarang rontok). Hal itu karena peningkatan kadar progesteron yang berpengaruh pada kondisi kesehatan rambut. Namun, proses persalinan akan membuat lebih banyak rambut yang memasuki fase istirahat dan rambut tersebut akan terdorong kerluar antara 3-6 bulan selehat melahirkan.
Saran: Dapat Anda antisipasi dengan merawat kulit kepala dan rambut sejak trimester pertama kehamilan.
3. Bekas Caesar
Setelah Caesar, biasanya Anda akan mengalami luka parut akibat sayatan di perut saat persalinan. Bekas luka parut yang dikenal dengan scar ini tidak boleh dianggap remeh karena bila tidak ditangani dengan tepat, scar yang tipis bisa berubah menjadi keloid yang tebal.
Saran: Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kelembapan kulit dengan minum air putih lebih banyak dari biasanya, sebab kulit yang terjaga kelembapannya akan lebih optimal untuk pulih. (Dian Malini/Seva/TW/Dok. M&B)