Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah perilaku menyimpang anak yang memiliki perhatian pendek, energi besar, dan sensitif terhadap rangsangan. Ketiga ciri itu menjadikan anak dengan ADHD sulit berkonsentrasi pada 1 tugas atau aktivitas saja, sehingga kerap berpindah dan merasa harus terus bergerak. Bahkan, saat ia duduk, kaki atau tangannya kerap bergoyang, karena gelisah.
Anak dengan ADHD tidak bisa disebut anak nakal, karena mereka teramat aktif, bukan disengaja untuk mengganggu orang lain. Kelainan ini juga bukan akibat kesalahan pola asuh. Beberapa faktor penyebabnya, antara lain lambatnya perkembangan emosional, genetis, jenis kelamin, lingkungan pra dan pasca-kelahiran, serta sensitivitas berlebih terhadap rangsangan. Kondisi ini biasanya akan berlanjut sampai dewasa.
Dilaporkan, ADHD lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, dengan perilaku yang dapat berbeda. Misalnya, anak laki-laki mungkin lebih hiperaktif dan anak perempuan cenderung diam-diam lalai. Untuk mengenali gejala ADHD lainnya, perhatikan beberapa gejala yang biasa dialami anak ADHD berikut ini:
1. Sulit berkonsentrasi.
2. Cenderung sering melamun.
3. Tampak tidak mendengarkan instruksi atau tampak kurang memperhatikan.
4. Perhatiannya mudah teralihkan.
5. Cenderung pelupa dan sering kali kehilangan barang yang diperlukan, seperti buku, pensil, atau mainan.
6. Sering gagal menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau tugas lainnya.
7. Sensitif dan mudah terganggu.
8. Sering gelisah, baik saat duduk dalam gerakan konstan maupun saat tidur dengan sering berguling-guling.
10. Terlalu banyak bicara, emosional, dan cenderung cengeng.
11. Sering menginterupsi pembicaraan orang lain.
12. Cenderung tidak sabar menunggu, misalnya saat menunggu giliran atau antrean.
Kondisi ADHD memang sering kali disalahartikan. Meski balita Anda memiliki gejala-gejala ADHD, namun ia tidak akan serta-merta didiagnosis mengidap ADHD. Seorang anak yang sangat aktif akan diperlakukan normal dan baru dianggap ADHD kalau perilaku hiperaktifnya konsisten hingga ia berusia di atas 5 tahun. Selain itu, tetap kendalikan aktivitas Si Kecil agar selalu dalam wilayah yang aman. (Aulia/DMO/Dok. M&B)