Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Rukun dengan Mertua

Rukun dengan Mertua

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tanya
“Sejak melahirkan Nayla, saya dan suami tinggal bersama mertua. Tetapi, tinggal dengan mertua tidak semulus dalam bayangan. Sharing tips dong, agar hubungan saya dan mertua berjalan mulus.”
Yulia, 28, ibu dari Nayla, 1.

 

Jawab

 

Anggap Orangtua Sendiri
“Momok mertua sering kali dianggap pilih kasih, mau menang sendiri, atau hanya sayang pada anaknya. Padahal mertua juga seorang ibu layaknya ibu kita sendiri yang mempunyai kasih sayang, peduli, dan hal positif lainnya. Jika kita baik, niscaya ia pun baik. Kesalahpahaman pasti ada, tapi kita harus bijak dalam menanggapinya dan anggaplah mertua seperti orangtua sendiri. Kalau kita mencintai anaknya, berarti harus mencintai ibu, bapak, dan saudaranya juga.”
Asmanilawati, 25, ibu dari Zulfan Azmi Dhiaulhaq, 2 tahun 6 bulan.

 

Selalu Tersenyum
“Saya selalu berusaha untuk tersenyum saat ada sesuatu yang kurang enak dari mertua. Lalu saya akan menjelaskan kepada mertua permasalahan yang sebenarnya. Jika saya merasa tidak kuat dengan perselisihan yang terjadi dengan mertua, biasanya saya pendam dan berusaha tegar. Cukup saya simpan di dalam hati. Saya berusaha agar suasana tidak semakin keruh.”
Tiara Ramlita, 25, ibu dari Naufal Mahardhica Rizqi Destira, 9 bulan.

 

Sedikit Mengalah
“Selama menikah, saya hidup bersama mertua. Menurut saya, hidup dengan mertua tidak seseram orang-orang katakan. Tentunya sebagai menantu memang harus sedikit mengalah, patuh dengan yang dikatakan mertua, mengerjakan pekerjaan rumah, dan yang pasti harus menjaga perkataan dan tingkah laku kita, apalagi saat terjadi perbedaan pendapat. Lebih sedikit mengalah.”
Siswa Apriliani, 26, ibu dari Naila Rizqi Shalihah, 1.

 

Mengenali Karakter Mertua
“Awal tinggal bersama mertua, saya agak sedikit kaget dan syok karena kata-kata yang sering diucapkan mertua saya yang blak-blakan. Tersinggung itu pasti, karena blak-blakan sama sekali bukan tradisi di keluarga saya dan saya tidak terbiasa dengan itu. Menangis dan bercerita dengan suami, menjadi senjata terjitu untuk melepaskan semua rasa yang ada di hati. Sekarang, saya sudah lebih mengenal karakter mertua dan hubungan kami pun berjalan lancar.”
Eva Nanda, 26, ibu dari Fayzel Aleyusuf Kashavani, 3.

 

Suami Sebagai Penengah
“Selama 5 tahun hidup bersama mertua, banyak masalah yang muncul seperti soal kebiasaan dan cara pola asuh anak. Yang saya lakukan ketika ada masalah, yang pertama saya menghormatinya dengan cara diam tidak menjawab amarah-amarahnya. Yang kedua, ketika emosi sudah mereda, saya melakukan pendekatan dengan berbicara secara terbuka dengan mertua. Tapi jika masalah tidak bisa diselesaikan, biasanya saya minta suami untuk menjadi penengah.”
Intan Pratiwi, 29, ibu dari Muh. Naufal Rafa Aydin, 4, dan Muh. Danish Ahza Hamizan, 4 bulan. (MD/Sagar/DC/Dok. M&B)