Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Ayah juga Bisa Alami Baby Brain?

Ayah juga Bisa Alami Baby Brain?

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Saat hamil atau setelah punya anak, banyak perubahan yang akan dialami ibu. Salah satunya adalah adanya sedikit gangguan yang terkait dengan memori otak. Para ibu akan cenderung menjadi 'pelupa' dan sulit berkonsentrasi. Hal ini dikenal dengan istilah 'baby brain'. Uniknya, beberapa penelitian menemukan bahwa fenomena baby brain ini juga dialami para ayah. Meski masih banyak diperdebatkan, beberapa ayah di Inggris mengaku memang mengalaminya.

 

Contohnya, Chris Windle, seorang ayah yang sempat mengalami kebingungan dan sering cemas pasca kelahiran anak pertamanya. Ia merasa tertekan lantaran merasa belum pantas menjadi kepala keluarga. “Saya merasa banyak hal yang harus dipikirkan. Dari kebutuhan sehari-hari, hingga bagaimana menangani Si Kecil jika terjadi sesuatu kepadanya. Saya terlalu fokus dengan ketakutan saya, sehingga menjadi lebih ceroboh dan pelupa. Saya merasa belum siap dan khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka,” tutur Chris seperti dilansir dari M&B UK.

 

Ia menambahkan, ia tidak pernah mengalami ini sebelumnya. “Sebelum Si Kecil lahir, saya bisa mengingat semua barang belanjaan tanpa catatan. Semua saya pastikan terbeli. Namun setelah Si Kecil lahir, saya selalu membutuhkan catatan untuk berbelanja di supermarket. Tidak hanya itu, saya juga sering lupa membawa sesuatu atau lupa di mana saya meletakkan barang-barang,” jelasnya.

 

Meski sempat bingung, Chris akhirnya memilih menerima keadaannya. Ia mencoba untuk tidak memusingkan banyak hal dan bisa menerima setiap kesalahan. Ia sadar, ayah yang baik tidak harus menjadi sempurna, melainkan harus bisa menerima kekurangan dan berusaha memperbaikinya.

 

“Saya banyak membaca bahwa sindrom ini juga dialami para ibu. Meski belum ada penelitian yang membuktikan, tetapi baby brain itu memang ada. Penyebabnya menurut saya adalah keinginan untuk menjadikan semuanya sempurna. Padahal, seharusnya kita lebih bisa menerima diri sendiri. Tugas kita adalah terus belajar menjadi lebih baik, bukan menjadi yang sempurna,” tegas Chris. (Aulia/DC/Dok. M&B)