Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat mengadopsi, usia anak akan mempengaruhi kesiapan mental orangtua. Berdasarkan teori perkembangan anak, memang lebih mudah untuk mengadopsi ketika anak masih bayi. Pada usia ini, anak belum dipengaruhi oleh lingkungan sehingga lebih mudah membangun bonding melalui kontak fisik, seperti pijat bayi, kontak mata, atau komunikasi intensif.
Hal yang sering terlupakan oleh orangtua adopsi adalah ketika bayi berada dalam kandungan ibu biologisnya, ikatan batin sudah terbentuk. Karena itulah, orangtua harus mempersiapkan mental, bila suatu ketika anak adopsi memilih untuk kembali ke keluarga kandungnya. “Ada hal yang tidak bisa dijelaskan tetapi sudah merupakan keinginan setiap orang untuk mencari tahu asalnya,” papar Mira D. Amir, Psi., psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) UI.
Mengadopsi anak ketika usianya balita membutuhkan tantangan dan persiapan lain. Si Kecil mungkin telah mendapatkan pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan di lingkungan sebelumnya. Langkah yang paling tepat dilakukan untuk menghadapinya adalah orangtua harus bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan anak sebelumnya. Mengikuti cara anak makan, tidur, dan berkomunikasi adalah hal yang harus dilakukan oleh orangtua adopsi.
Proses penyesuaian ini bukan sesuatu yang mudah. Ada anak yang bisa menyesuaikan diri dengan baik ke dalam lingkungan barunya. Namun, ada juga yang malah mengalami kemunduran dalam sikap dan tingkah laku. Misalnya saja, sebelum tinggal dengan keluarga angkatnya, ia sudah bisa mandiri dan tidak mengompol. Setelah dibawa ke rumah keluarga barunya, anak tersebut malah melakukannya.
Penyesuaian juga harus dilakukan oleh anggota keluarga yang lain (anak kandung). Sebelum memutuskan adopsi, ajaklah anak kandung Anda ke yayasan adopsi, agar ia melihat langsung kehidupan anak-anak di sana dan berikan penjelasan tentang kasih sayang. Karena faktor inilah, Mira menghimbau agar pasangan yang akan melakukan adopsi berkonsultasi dengan psikolog. Konseling dibutuhkan minimal 1 kali untuk mengetahui kondisi keluarga dan kejiwaan si anak. Jika di kemudian hari terdapat masalah, konseling juga diperlukan untuk menemukan solusi terhadap masalah tersebut. (FBS/Aulia/DC/Dok. M&B)
BACA JUGA: Adil dengan Anak Adopsi dan Anak Kandung