Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Merokok saat Hamil Pengaruhi Kesehatan Reproduksi Anak

Merokok saat Hamil Pengaruhi Kesehatan Reproduksi Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Bukan hal baru lagi jika merokok saat hamil dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi janin. Setelah lahir, anak bisa mengidap penyakit asma, diabetes tipe 2 serta obesitas.  Namun, sebuah studi terbaru yang dilakuan di Australia, mengungkap ternyata merokok saat hamil bisa memberi efek jangka panjang bagi kesehatan reproduksi anak khususnya anak putri.

 


Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Human Reproduction. Para peneliti melakukan survei terhadap 1500 anak perempuan berusia 12 dan 13 tahun, lengkap dengan informasi mengenai riwayat ibu mereka, apakah merokok saat kehamilan atau tidak. Para peneliti ini memantau pertumbuhan 1500 anak tersebut sejak lahir dan menemukan fakta 845 di antaranya telah mengalami menstruasi.

 


Dari studi tersebut, peneliti kemudian menemukan sejumlah faktor yang memengaruhi usia anak perempuan ketika mengalami menstruasi pertama, di antaranya usia ibu saat putrinya mengalami menstruasi pertama, berat badan anak saat berusia 8 atau 9 tahun, berat badan ketika lahir serta riwayat merokok sang ibu.

 


Hasilnya seperti dilansir Reuters Health (19 Maret 2015), merokok selama kehamilan adalah faktor yang memberikan pengaruh signifikan. Bagi ibu yang merokok hampir setiap hari, tak hanya sesekali, cenderung putrinya mendapatkan menstruasi lebih cepat dari anak perempuan yang ibunya tidak merokok. Tingkat kemungkinannya sampai 40 persen. Sementara bagi anak perempuan yang memiliki berat badan yang melebihi normal saat berusia 8 atau 9 tahun, kemungkinan mengalami menstruasi lebih dini sampai 12 persen.

 


Sampai kini penelitian ini masih terus dilakukan dan berencana melakukan survei terhadap anak gadis usia 14 sampai 15 tahun. “Bisa mengukur tingkat risiko kesehatan anak perempuan dari ibu perokok dapat menguatkan hasil penelitiam ini,” ungkap Alison Behie, salah satu peneliti dari Australia National University di Canberra kepada Reuters Health.

 

(Meiskhe/DT/dok.FreeDigitalPhotos)