Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Menyusui Balita (2): di Mata Sains

Menyusui Balita (2): di Mata Sains

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

WHO, sebagai organisasi kesehatan internasional, juga mendukung extended breastfeeding atau menyusui anak di atas usia 2 tahun. Seperti tercatat dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding, WHO merekomendasikan seorang anak mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan untuk mendapatkan tumbuh kembang yang optimal. Sebagai kelanjutan dari ASI eksklusif, seorang anak harus mendapatkan makanan pendamping untuk memenuhi kebutuhannya akan zat gizi mikro, dan proses menyusui masih terus dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih. Dalam kalimat aslinya, WHO menyebutkan, “Thereafter, to meet their evolving nutritional requirements, infants should receive nutritionally adequate and safe complementary foods while breastfeeding continues for up to two years of age or beyond.”


Jika menyusui balita dulu begitu populer dan sesuai dengan rekomendasi WHO, mengapa masih banyak masyarakat yang memandangnya tak lazim atau 'aneh'?  Katherine Dettwyler, penulis artikel berjudul A Time To Wean menyebutkan bahwa menyusui bukan hanya merupakan aktivitas biologis, tetapi sudah menjadi bagian dari kebudayaan manusia. “Menyusui sebagai aktivitas biologis dan budaya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti sifat alami manusia, lingkungan, agama dan kepercayaan, serta pendapat mengenai hubungan yang tepat antara ibu dan anak, juga ibu dan ayah,'” jelas Katherine.

Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang lain dan membentuk suatu komunitas, terkadang terpengaruh dengan pandangan benar atau salah yang tertanam dalam komunitas/masyarakat tersebut. Apa yang memengaruhi pandangan masyarakat mengenai pantas atau tidaknya seorang ibu menyusui balita? Menurut Katherine pembentuknya adalah kepercayaan dan agama, aktivitas dan pembagian pekerjaan antara perempuan atau laki-laki, serta pendapat masyarakat setempat mengenai kemandirian anak. Terkadang, karena masyarakat memandangnya sebagai hal yang tidak pantas atau aneh, seorang ibu harus menyapih anaknya di usia yang dini, padahal pandangan ini belum tentu benar menurut ilmu kesehatan anak dan sains.