Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Gejala Ebola pada Ibu Hamil Tak Terlihat

Gejala Ebola pada Ibu Hamil Tak Terlihat

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Beberapa waktu lalu, publik sempat diramaikan dengan mewabahnya penyakit Ebola di beberapa wilayah di dunia. Berita ini memang cukup meresahkan masyarakat, termasuk Anda para ibu. Dalam sebuah jurnal berjudul New England Journal of Medicine, sekelompok ahli medis memperingatkan bahwa virus Ebola juga dapat menular pada ibu hamil, tanpa menunjukkan gejala selama berhari-hari.

 

Peringatan ini didasarkan pada sebuah kasus yang dialami oleh seorang wanita yang tidak merasakan gejala apa pun. Namun, hasil tes laboratorium mengungkap bahwa ia ternyata resmi terjankit virus Ebola tingkat tinggi.

 

Umumnya, pasien Ebola dianggap tidak menular sampai mereka mulai merasa gejala sakit. Namun, hal ini perlu diwaspadai para ibu hamil karena kondisi tubuh mereka. Menurut para ahli kesehatan, sistem imun seorang wanita saat hamil menjadi lebih toleransi pada sel atau jaringan yang dianggap asing di dalam tubuh, seperti janin. Akibatnya, gejala yang muncul tidak akan jelas merujuk ke suatu penyakit.

 

"Status imunologi dari wanita hamil itu unik. Inilah yang mungkin mengubah presentasi perkembangan penyakit," tulis para dokter dalam Journal, dilansir dari Reuters Health.

 

Teori yang mereka paparkan ini didasarkan pada kasus ibu hamil berusia 31 tahun di Liberia yang berpikir bahwa ketubannya pecah sebelum waktunya. Menurut laporan, ia tidak berinteraksi dengan siapa pun yang terjangkit penyakit Ebola. Ia juga tidak menunjukkan tanda-tanda demam, yang umumnya menjadi salah satu gejala pertama Ebola. Namun, tes darah menunjukkan bahwa ia memiliki viral load atau jumlah partikel virus yang sangat tinggi. Terkejut dengan hasil tes tersebut, para dokter pun kembali melakukan tes darah untuk memastikannya, dan hasilnya pun juga positif. Wanita itu baru merasakan gejalanya 3 hari setelah dilakukan perawatan. Ia pun meninggal di hari ketujuh, dan bayi di dalam kandungannya pun tidak terselamatkan.

 

Selain darah, virus menular melalui sampel air seni, vagina, dan mulut, tetapi tidak melalui kulit. “Kasus ini mengingatkan para tim medis akan risiko infeksi yang dialami ibu hamil dan potensi risiko bagi staf kesehatan,” ungkap Dr Emma Akerlund dari Medecins san Frontieres di Brussels, Belgia. (Aulia/DT/dok.M&B)