Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Bahaya Terlalu Banyak Duduk di Kantor

Bahaya Terlalu Banyak Duduk di Kantor

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Tahukah Anda? Duduk terlalu lama merupakan salah satu kebiasaan paling buruk yang sering dilakukan di kantor. Ya, terlalu banyak duduk dan kurang gerak telah terbukti merusak kesehatan dan terkait dengan risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2.

 

Beberapa peneliti bahkan membandingkannya dengan efek buruk dari merokok. Hasil penelitian mengaitkan bahwa duduk berlebihan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian dini. Dalam sebuah penelitian tersebut ditemukan pula bahwa sopir bus dua kali lebih berisiko memiliki serangan jantung, dibanding kondektur mereka yang lebih banyak bergerak.

 

Baru-baru ini sebuah studi yang melibatkan 800.000 orang juga menemukan bahwa orang-orang yang duduk paling lama memiliki peningkatan risiko diabetes tipe 2 sebesar 112 persen, 147 persen peningkatan masalah kardiovaskular, dan 90 persen peningkatan kematian akibat serangan jantung dan stroke.

 

Selain itu, tahun 2014 lalu sebuah studi yang melibatkan 2.000 orang dari Medical College of Wisconsin menemukan bahwa terlalu banyak duduk seharian meningkatkan penyimpanan  lemak pada arteri sebesar 14 persen, walaupun tetap berolahraga di hari libur. Selain meningkatkan risiko serangan jantung, hal tersebut juga terkait dengan kesulitan bernapas, masalah usus, lemah otot dan tulang. Duduk berlebihan juga memperlambat metabolisme yang memengaruhi kemampuan untuk mengatur gula darah, tekanan darah, dan pengolahan lemak tubuh.

 

"Bukti menunjukkan bahwa jika Anda duduk selama delapan atau sembilan jam sehari dan kemudian Anda melakukan satu jam olahraga, efek manfaatnya akan sangat sedikit. Kami berharap bahwa dengan mengurangi duduk memungkinkan darah dan oksigen mengalir ke seluruh tubuh lebih baik, sehingga dapat menghasilkan peningkatan kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas bekerja,” ungkap Dr. Fehmidah Munir, psikolog kesehatan dari Loughborough University, dikutip dari Daily Mail. (Aulia/DT/dok.freedigitalphotos)