Type Keyword(s) to Search
BABY

Mitos Seputar Kesehatan Bayi (1)

Mitos Seputar Kesehatan Bayi (1)

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Anda pasti sering mendengar mitos seputar kesehatan bayi yang beredar di masyarakat. Namun, yang namanya mitos, tentu harus diteliti lebih lanjut kebenarannya.

 

Si Kecil menangis keras di boks dan dengan buru-buru Anda menghampirinya. Tetapi, ibu mertua menghentikan Anda seraya berkata, “Jangan manjakan anakmu. Biarkan saja ia menangis, karena itu bisa membuat paru-parunya lebih sehat!” Sebenarnya, bagaimana tindakan yang tepat saat berhadapan dengan situasi seperti ini? Apakah benar mitos seputar kesehatan seperti ini?
 

Benarkah tangisan bayi bisa membuat paru-parunya lebih sehat?
Tidak! Sebuah studi dalam jurnal kesehatan anak menyebutkan bahwa bayi yang dibiarkan menangis dalam jangka waktu lama, berisiko mengalami gangguan perkembangan otak yang dapat mengurangi kapasitasnya untuk belajar. Penelope Leach, seorang pakar psikologi anak asal Inggris, mengatakan bahwa menangis adalah satu-satunya cara bayi untuk memberikan sinyal ketika ia merasa tidak nyaman. Semakin keras bayi menangis menunjukkan ia sedang stres. Stres yang akut bisa menyebabkan reaksi hormonal berantai, yang pada akhirnya dapat merangsang kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon stres.

 

Jika berlangsung terus, hormon stres yang jumlahnya banyak, dapat merusak otak bayi. Jika bayi mulai menangis, lakukanlah sesuatu untuk menerjemahkan arti tangisan itu dan mengetahui apa kebutuhannya. Jangan biarkan bayi menangis terlalu lama agar tidak terjadi masalah dalam perkembangan otaknya. Tangisan bayi yang keras dan lama, sama sekali tidak berhubungan dengan saluran pernapasan yang lebih kuat. Sebaliknya, tangisan seperti ini justru membuat pita suara Si Kecil tertarik secara berlebihan sehingga menimbulkan kelelahan. Dampak jangka panjangnya bisa memengaruhi kualitas pita suara Si Kecil nantinya.

 

Benarkah jika Si Kecil memiliki ukuran kaki yang besar, berarti ia akan tumbuh tinggi?
Tidak benar. Ukuran kaki tidak ada hubungannya dengan tinggi badan. Anda tidak percaya? Coba perhatikan orang di sekitar Anda. Banyak pria dan wanita dengan tinggi badan di atas rata-rata namun memiliki ukuran kaki yang kecil. Ada juga orang dengan tinggi badan yang tidak terlalu menonjol namun memiliki ukuran kaki yang besar. Michael Paynton, ahli dari British Chiropody and Podiatry Association, mengatakan bahwa ukuran kaki sangat berhubungan dengan berat badan, dan bukannya tinggi badan. Semakin besar berat badan seseorang, biasanya ukuran kakinya akan lebih besar. Ini disebabkan oleh semakin melebarnya tungkai kaki seseorang ketika berat badannya bertambah.

 

Benarkah membiarkan Si Kecil makan apel, maka ia tidak lagi perlu menggosok gigi?
Tidak sepenuhnya benar. Apel yang renyah memiliki zat asam ringan dan kaya akan serat, sehingga membuatnya jadi makanan yang ideal untuk membersihkan gigi secara alami. Apel juga mampu membersihkan makanan yang tersembunyi di belakang gigi dan gusi sehingga menghalangi karies gigi dan penyakit gusi. Tetapi perlu diingat, mengonsumsi apel tidak bisa menggantikan fungsi menyikat gigi sepenuhnya. Menyikat gigi mampu menjaga dan melindungi rongga mulut dengan baik, karena semua bagiannya terjangkau untuk dibersihkan. Saat Si Kecil mengunyah apel, gigi seri menjadi bagian yang paling bersih karena ia mengigit menggunakan gigi ini. Sedangkan organ mulut bagian belakang jarang tersentuh karena Si Kecil belum sepenuhnya menggunakannya untuk mengunyah. Menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pada pagi dan malam hari, tetap menjadi rutinitas terbaik untuk menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut. (OCH/Dok. Free Digitalphotos)