Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), sekitar 584.000 orang di Afrika meninggal akibat nyamuk malaria setiap tahunnya. Dan dari jumlah seluruh penderita malaria yang tewas, anak-anak lah yang menjadi korban paling besar. Diperkirakan 1.300 anak setiap harinya terpaksa meninggal akibat masalah ini.
Rilisnya vaksin malaria, RTS,S/ AS01 pun dianggap para ahli menjadi titik terang untuk menekan angka kematian di daerah Afrika. Vaksin diberikan melalui 3 tahap percobaan kepada 15.400 bayi usia 6-12 minggu dan usia 5-17 bulan di 11 lokasi di 7 negara sub-Saharan Afrika. Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Brian Greenwood, professor of clinical tropical medicine dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, menyebutkan vaksin ini lebih memproteksi bayi yang lebih besar dibandingkan newborn. Namun, keduanya tetap membutuhkannya.
Dilaporkan dalam The Lancet, setelah diberi vaksin, bayi mampu memproteksi diri melawan malaria sebesar 46 persen. Sementara vaksin memproteksi newborn dari malaria sebesar 27 persen saja. Kendati demikian, dilansir melalui BabyCenter, ada efek samping seperti kejang-kejang dapat terjadi pada anak-anak yang diberi vaksin. Meski masih belum sempurna, namun secara keseluruhan, Greenwood menjelaskan vaksin RTS,S/AS01 bermanfaat untuk melawan malaria. Rata-rata 1.363 kasus malaria dapat dicegah selama 4 tahun terakhir. (Sagar/DT/Dok. M&B)