Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Daya Imajinasi Anak

Daya Imajinasi Anak

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Pada usia 2-7 tahun, daya imajinasi seorang anak sangat berkembang. Pemikirannya masih didasarkan pada intuisi dan bersifat egosentrisme dan animistik (kecendrungan untuk menganggap segala benda mati yang ada di sekitarnya hidup dan bernyawa), dan belum sepenuhnya menggunakan pemikiran yang rasional atau logis. Dari kemampuannya berpikir, berimajinasi, dan berkreasi itulah kemudian menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar sehingga mendorongnya sering bertanya 'mengapa'.

 

Menurut Avin Yusro, Psikolog Anak Kementerian Sosial RI, jika tidak dicermati, fantasi yang terlalu jauh dapat mencelakakan anak terutama jika ia tidak dapat membedakan antara fantasi dengan realitas yang ada. “Fantasi yang terlalu jauh juga dapat mengakibatkan anak tidak mendapat kepercayaan dari orang di sekitarnya. Dan kecenderungan berpikir egosentris dapat membuat anak sulit untuk terlibat dalam lingkungannya,” ujar Avin.

 

Agar anak tidak terlalu jauh ke dalam fantasinya, orangtua perlu mengingatkan anak atas realitas yang ada. Ajak ia juga untuk mencoba merasakan dan mendengar apa yang dirasakan orang lain jika mengalami sesuatu. “Cobalah untuk selalu mendengarkan apa yang diucapkan anak. Jangan abaikan pertanyaan anak yang biasanya bertubi-tubi, berikan jawaban atas hal-hal yang ingin diketahuinya. Jika anak kesulitan menjelaskan peristiwa yang dialaminya karena keterbatasan verbal, lakukan dengan gambar atau bermain,” tambah Avin.

 

(Midya Desiani/DT/dok.MBUK)