Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Kurangnya kesadaran untuk sarapan disebut membawa dampak buruk yang cukup besar, terutama bagi perkembangan anak. Sebuah data dari berbagai organisasi gizi dan pangan Indonesia, 7 dari 10 anak Indonesia kekurangan gizi saat sarapan, yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menangkap pelajaran dan beraktivitas fisik. Masalahnya, masih banyak yang kurang memahami kapan waktu yang baik untuk melakukan sarapan setiap paginya.
Para ahli gizi sepakat bahwa sarapan yang sehat adalah makan dan minum yang memenuhi seperempat kebutuhan gizi harian dan harus dilaksanakan sebelum jam 9 pagi, karena tubuh anak membutuhkan penambahan energi setelah berpuasa selama 8-10 jam pada saat tidur. Maka, sarapan bergizi sangat direkomendasikan dan penting untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.
Anak yang tidak sarapan sebelum beraktivitas biasanya lebih cepat lelah, gelisah, dan cenderung emosional. Karena itu, meninggalkan sarapan terkait dengan risiko gangguan pertumbuhan fisik dan mental anak.
“Sarapan sehat menjaga anak tetap semangat dan bertenaga dipagi hari. Sarapan sehat bukan sekedar mencegah rasa lapar tetapi juga memberikan energi dan gizi yang dibutuhkan anak untuk belajar, bermain dan berolahraga. Kebiasaan sarapan sehat setiap pagi pada anak telah terbukti membantu anak fokus belajar dan meningkatkan prestasi. Itulah sebabnya, sarapan sehat perlu dilakukan sebelum jam 9 pagi,” ujar Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI PANGAN dalam temu media beberapa waktu lalu.
Ia juga merekomendasikan agar anak-anak sarapan sehat dengan sumber-sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, seperti susu, telur, atau sereal. (Aulia/DT/dok.M&B)