Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mother

Mother

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Celebrity Blog kali ini ditulis oleh Imelda Fransisca yang dikenal sebagai
Miss Indonesia 2005. Ibu dua anak, Emily dan Sophia Sebastian ini mengisi
harinya dengan menjadi presenter televisi, MC, dan penulis. Istri dari
Norman Sebastian ini telah menulis 2 buah buku, You Can Be Anything and Make
Changes
dan Modern Mama yang akan segera diterbitkan. Imelda berbagi
keseharian dan pemikirannya tentang dunia wanita dan profesi utamanya yaitu
sebagai seorang ibu.

----

Menjadi soerang ibu, bisa dibilang merupakan suatu pengalaman yang akan dijalani mayoritas kaum perempuan di seluruh dunia. Bisa dibilang menjadi seorang ibu merupakan sebuah pengalaman yang menjadi “milestone” dalam kehidupan seorang perempuan. Cara kita menjadi ibu mungkin berbeda, dan bagaimana kita melahirkan juga berbeda, ada yang melahirkan secara normal, c-section, water birth, adapula dengan cara hipnotheraphy. Belum lagi cara kita mengasuh pun berbeda, misalnya di Indonesia, kebanyakan bayi sampai besar (ini terjadi dengan anak saya yang berumur 6 tahun) mungkin masih akan tidur dengan para ibunya,  tapi mungkin di beberapa negara lain, bayi di atas 6 bulan sudah tidur terpisah dari ibunya. Bahkan saya pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan beberapa kebiasaan yang sangat berbeda dengan kultur kita; Misalnya anak-anak di Fiji tidak boleh memanggil orang dewasa atau bahkan melakukan kontak mata, sedangkan anak di Papua Nuew Guinea, dianjurkan memukul anjing dan ayam oleh orang tuanya. ( *)

 

Saya jadi teringat sewaktu saya baru melahirkan. Cara saya membedong dan menggedong bayi saja bisa menjadi pembahasan panjang antara saya dengan ibu saya, karena menurut beliau semua yang saya lakukan tidak sesua dengan tradisi. Haha lucu juga kalau sekarang mengingat kembali masa tersebut, karena pada saat itu sesi adu siapa paling benar bisa menjadi perselisihan yang seru. Ternyata beda generasi saja bisa sangat berbeda dalam hal cara kita meng-handle anak kita, belum lagi kalau bicara mengenai pola asuh, bisa tambah panjang lagi, deh, perbincangannya.

 

Namun dari semua perbedaan yang dialami semua perempuan di bagian mana pun di dunia dalam hal cara membesarkan anak-anak. Kita memiliki satu kesamaan kekuatan yang bisa diterjemahkan ke berbagai kultur dan bahasa yang berbeda.

 

The power of not giving up
Saya pernah berjumpa dengan seorang ibu yang memiliki anak yang lumpuh dan ditinggal oleh suaminya. Dia tidak menyerah dengan terus memberikan yang terbaik di mana tiap hari dia harus melakukan hal rutin seperti memandikan, menyuapi, bahkan melayani anaknya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dia menyekolahkan anaknya hingga sekarang anaknya menjadi seorang gadis dewasa yang menjadi penterjermah buku dan membuka bisnis online.

 

The power of committment and dedication
Saya memiliki seorang sahabat di mana anak semata wayangnya autis. Anaknya bisa masih teriak-teriak jam 3 pagi, menyerang guru di sekolah, dan belum bisa berkomunikasi baik walaupun sudah berumur 9 tahun. Jika saya bertemu dengan sahabat saya ini, saya belajar banyak tentang komitmen di mana dia curahkan seluruh tenaga dan perhatian untuk anaknya, dan dedikasi di mana dia berhenti dari pekerjaannya, untuk mengurus Sang Anak.

 

Yang paling dari semuanya adalah the power of unconditional love
When we are talking about love, apalagi unconditional love, tidak lain dan tidak jauh, kata seorang “ibu” pasti akan langsung muncul dalam benak kita. Bisa dibilang menjaadi seorang ibu merupakan anugerah yang terindah yang bisa dialami seorang perempuan karena kita belajar apa artinya kasih tanpa batas, dedikasi, komitmen, dan kekuatan ketika berhadapan dengan anak-anak kita.

 

Mothers may come from different places with different cultures and customs, but we speak one language which is the language of LOVE.