Type Keyword(s) to Search
TOODLER

Menghadapi Anak Hiperaktif

Menghadapi Anak Hiperaktif

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Setiap anak memang unik. Demikian pula dengan cara Si Kecil ketika sedang bereaksi terhadap hal-hal kecil. Ada yang biasa-biasa saja, tetapi ada pula yang 'meledak-ledak' hingga membuat Anda sering putus asa menghadapinya. Misalnya, saat Anda memberikan gelas yang bukan pilihannya, membuat Si Kecil berteriak marah, lalu menolak meminum susunya. Begitu pun saat matanya kemasukan air, ia akan berteriak seolah-olah Anda akan memotong kakinya.

 

Inilah yang disebut hiperaktif, bahkan Anda perlu mewaspadainya karena kondisi ini termasuk gejala utama attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Si Kecil yang hiperaktif akan mengalami reaksi yang berlebihan dan aktivitas yang tidak lazim. Namun, tidak semua anak hiperaktif itu dapat didiagnosis mengidap ADHD. 

 

Cobalah untuk memahaminya dari sudut pandang seorang balita. Ia sama sekali tidak menyadari adanya persoalan yang lebih berat, seperti situasi politik yang buruk, kriminalitas yang meningkat, atau nenek yang menjalani operasi. Semua itu bukan bagian dari dirinya. Jadi, baginya  bermain ke taman adalah hal yang terpenting di dunia.

 

Pada usia sekitar 4 tahun, Si Kecil baru mulai bisa menyadari bahwa orang lain memiliki pengalaman dan perasaan yang berbeda dari dirinya. Dengan pola asuh yang tepat, Si Kecil akan mulai memiliki rasa empati terhadap orang lain.

 

Perkembangan ini akan memengaruhinya berinteraksi dengan Anda dan orang lain. Namun untuk saat ini, Anda harus bertahan menghadapi reaksinya hingga waktu yang akan mendewasakannya. (Aulia/doc.M&B)