Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Penelitian membuktikan bahwa, kelahiran bayi dapat menyebabkan kekacauan pada pernikahan jika tidak disikapi dengan kesiapan mental. Ketika bayi lahir, hidup seseorang akan berubah. Apakah Anda juga merasakannya?
Menurut psikolog keluarga, Ajeng Raviando, suami dan istri dapat mengalami fenomena “baby quakes” yang dapat mengguncang hubungan antar pasangan dan berdampak pada mengurangi keintiman. Hal tersebut terjadi karena para orangtua mengalami ‘kebingungan’, panik, dan lelah setelah hadirnya Si Kecil.
“Hampir 79% wanita mengalami baby blues saat pertama kali melahirkan. Setelah melahirkan, banyak wanita cenderung merasa bahwa dirinya lebih menderita dari pasangannya. Itulah yang membuat banyak konflik dengan pasangan setelah menjadi orangtua,” ungkap Ajeng dalam talkshow Relationship After Birth di Mother&Baby Fair 2014, sore tadi (25/09).
Ajeng menambahkan, konflik ini terjadi bukan hanya dalam relationship, tapi juga dalam hal seks. Selain libido menurun, para wanita umumnya cenderung merasa tidak nyaman dan percaya diri dengan fisiknya sendiri. Selain itu, fokus si newmom juga akan terpecah dengan kehadiran Si Kecil.
“Sebelum menjadi orangtua memang butuh persiapkan. Selain persiapan dana, Anda juga perlu saling mendukung dan membantu dalam menyelesaikan persoalan ‘rumah tangga’. Saling jujur dan terbuka juga diperlukan dalam menjalani rumah tangga, terlebih setelah Si Kecil lahir. Yang paling penting adalah ‘me time’ dengan pasangan," jelas pengasuh rubrik Dear Ajeng di majalah Mother&Baby ini.
Ajeng juga menyarankan, Anda dan pasangan perlu menyadari adanya perubahan pada kehidupan Anda berdua setelah bayi lahir. Untuk itu, antar pasangan harus bersikap bijak dan cerdas menyikapi perubahan yang terjadi. (Aulia/DT/dok.M&B)