Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, suka bingung enggak sih, saat bayi menangis secara tiba-tiba dan bahkan dalam durasi yang cukup lama? Menangis sendiri merupakan salah satu cara bayi untuk berkomunikasi. Bayi baru lahir bahkan bisa melakukannya selama 1-4 jam sehari. Penyebabnya pun beragam, mulai dari merasa tidak nyaman, lapar dan ingin menyusu, popoknya penuh, mengantuk, hingga merasa kesepian dan ingin ditemani.
Saat bayi menangis, Moms tentu akan segera berusaha untuk menenangkannya, misalnya dengan memeluknya, menggendongnya, hingga menyenandungkan nyanyian agar tangis Si Kecil terhenti.
Meskipun begitu, ketika bayi menangis terus-menerus, mungkin saja Moms merasa lelah dan membiarkan Si Kecil menangis beberapa saat hingga ia diam sendiri. Namun, bolehkah membiarkan bayi menangis terus-menerus dan berapa lama idealnya membiarkan bayi menangis?
Hindari membiarkan bayi menangis terus-menerus
Banyak orang beranggapan membiarkan bayi menangis boleh dilakukan untuk mengajarkan Si Kecil mandiri dan mengurangi ketergantungan kepada orang tua sejak dini.
Namun, sebelum melakukan hal tersebut, Moms perlu tahu dahulu alasan di balik kondisi bayi yang menangis terus-menerus. Anda boleh membiarkan bayi menangis sebagai bagian dari metode sleep training. Beberapa bayi memang akan menangis sebelum mereka akhirnya bisa tertidur.
Karena itu, Si Kecil akan tertidur lebih cepat jika Moms membiarkannya menangis. Untuk itu, Moms boleh membiarkan bayi menangis selama 10-15 menit hingga ia lelah dan tertidur. Lakukan metode sleep training ini saat Si Kecil berusia 4-6 bulan untuk membuatnya belajar mengontrol diri sendiri.
Namun, dilansir dari Sleepoutcurtains, jika bayi menangis lebih dari 20 menit, Moms tetap perlu menenangkannya untuk mencegah bayi mengalami kondisi berikut ini.
1. Stres hingga depresi
Jika bayi menangis terlalu lama, maka hal tersebut akan memicu produksi hormon kortisol yang bisa merusak otak sampai mengganggu proses tumbuh kembangnya. Sebuah studi menunjukkan bahwa bayi yang mengalami episode menangis persisten 10 kali lebih mungkin memiliki ADHD, kinerja sekolahnya buruk, dan perilaku antisosial saat ia besar.
2. Mudah lelah
Saat bayi menangis terus-menerus, ia akan menggunakan seluruh energi hingga memengaruhi fisiknya yang terus menegang. Hal tersebut akan membuatnya sangat mudah kelelahan dan juga membuatnya tidak peka terhadap lingkungan sekitar. Bahkan, kemampuannya untuk merespons dan berinteraksi juga akan menurun.
3. Kekurangan oksigen
Saat menangis dalam waktu lama, bayi akan mengalami kekurangan oksigen yang bisa berdampak buruk dalam jangka panjang. Salah satu risikonya adalah Si Kecil bisa mengalami hypoxia, yaitu kondisi badan dan otak yang tidak mendapatkan cukup oksigen yang membuatnya jadi tidak responsif hingga rentan terjadi kerusakan pada otak.
4. Hubungan yang buruk dengan orang tua
Apabila Anda terlalu lama membiarkan bayi menangis, risiko jangka panjangnya adalah Anda dan Si Kecil akan memiliki hubungan yang kurang baik terhadap kondisi mentalnya. Ia akan merasa tidak aman dan tidak dicintai oleh orang terdekat yang mengasuhnya, terutama dari orang tuanya.
Purple Crying
Berbeda halnya dengan purple crying, kondisi saat bayi baru lahir terus rewel dan menangis sampai sulit ditenangkan. Istilah purple crying sendiri diciptakan oleh National Center of Shaken Baby Syndrome, yang merupakan akronim berikut ini.
P: Peak. Puncak purple cry terjadi ketika Si Kecil berusia 2-5 bulan.
U: Unpredictable. Bayi akan menangis tanpa sebab dan tak bisa diprediksi kapan waktunya ia akan menangis dan kapan berhenti.
R: Resist. Si Kecil menolak untuk berhenti menangis dan susah ditenangkan dengan cara apa pun.
P: Pain. Si Kecil mungkin tampak kesakitan, tapi tidak ada gejala suatu penyakit yang muncul meski sudah dibawa ke dokter.
L: Long. Periode atau durasi lama menangis sangat panjang, yaitu antara 2-5 jam.
E: Evening. Tangisan bayi umumnya terjadi di sore hingga malam hari.
Ada beberapa hal yang bisa Moms lakukan untuk menghadapi Si Kecil yang berada dalam fase purple crying, di antaranya:
- Lakukan kontak antarkulit (skin-to-skin), seperti memeluknya saat bayi menangis tanpa merasa kesal atau marah.
- Gendong bayi sambil mengajak ia berjalan-jalan sebentar atau sedikit menggoyangkan tubuh Anda (menimang-nimang bayi).
- Berikan bayi selimut untuk memberikan kehangatan, bahkan saat Anda gendong. Mandikan Si Kecil dengan air hangat untuk membantu meredakan stresnya.
Purple crying umumnya dialami bayi yang baru berusia dua minggu hingga 2 bulan. Tandanya adalah Si Kecil menangis terisak-isak tapi tidak tampak kesakitan. Selain purple crying, bayi juga bisa mengalami kolik atau menangis terus-menerus selama berbulan-bulan. Kondisi ini terjadi karena beberapa alasan, seperti adanya gangguan pencernaan dan stimulasi yang berlebihan.
Dengan bertambahnya usia, frekuensi menangis Si Kecil akan berkurang. Dan jika Moms mampu mengetahui penyebab bayi menangis terus-menerus, hal ini akan membantu Anda mengetahui kebutuhannya dengan tepat.
Yang juga tidak kalah penting adalah Moms harus tetap tenang saat menghadapi Si Kecil yang terus menangis dalam waktu cukup lama. Jika Anda panik, Si Kecil justru bisa merasakannya dan akan makin rewel. Hal ini karena bayi memiliki ikatan batin yang kuat dengan orang tuanya, terutama ibunya. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: User18526052/Freepik)
- Tag:
- bayi
- bayi menangis