Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Saat ini sedang marak dibahas kasus infeksi rabies yang terjadi pada anak. Sejak viral kasus anak 4 tahun asal Sikka, NTT, meninggal dunia karena rabies, atensi publik pada bahaya rabies pun meningkat. Berita viral juga datang dari Buleleng karena seorang balita juga meninggal setelah digigit anjing peliharaannya sendiri.
Kasus rabies sangat mengerikan karena mengancam nyawa, tetapi masih sering disepelekan. Mirisnya, masih banyak orang yang tidak tahu cara tepat mengatasi luka gigitan hewan yang dicurigai rabies. Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan Moms dan Dads akan bahaya rabies, yuk ketahui beberapa info penting di bawah ini!
1. Paling sering ditularkan anjing
Mengutip penjelasan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang sistem saraf pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies, ditularkan melalui saliva hewan penderita rabies melalui gigitan atau luka terbuka.
Kemenkes RI menyebutkan biasanya rabies ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies (HPR), terutama anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Di Indonesia, rabies masih sering disebut sebagai “penyakit anjing gila” karena ternyata memang terbukti benar, hampir 99% kasus kematian rabies pada manusia ditularkan oleh anjing.
Salah satu ciri anjing terinfeksi rabies adalah perilaku agresif, hiperaktif, tampak gelisah, air liur berlebih, dan suka menggigit benda atau makhluk hidup di dekatnya. Mungkin ciri itulah yang membuat khalayak menyebut “gila” pada anjing yang terinfeksi rabies.
2. Gejala awalnya mirip flu
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI menyebutkan gejala masa inkubasi virus rabies berkisar antara 4-12 minggu. Jika tertular virus rabies, gejala yang awalnya hanya mirip flu. Gejala lainnya adalah:
- Demam
- Otot melemah
- Kesemutan
- Rasa terbakar di area gigitan
- Sakit atau nyeri kepala
- Demam
- Mual
- Muntah
- Gelisah
- Bingung
- Merasa terancam tanpa ada sebab
- Hiperaktif
- Halusinasi
- Insomnia
- Gangguan tidur
- Sulit menelan
- Produksi air liur berlebih
- Pada kondisi parah, gejala bisa berkembang menjadi gangguan neurologis.
3. Case fatality rate 100%
Benarkah orang yang terinfeksi rabies pasti meninggal? Menurut Kemenkes RI, case fatality rate setelah terinfeksi rabies adalah 100 persen. Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang terbuka atau mukosa, tapi tidak dapat masuk melalui kulit yang utuh.
Walau bisa berakibat fatal, pasien tetap berpeluang sembuh asal segera diobati setelah terpapar virus rabies. Untuk itu, luka gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi rabies harus ditangani dengan sangat baik, terutama di fase “golden period” atau di 12 jam pertama.
4. Masa inkubasi bisa tahunan
Masa inkubasi rabies sangat bervariasi, yaitu 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya 3-8 minggu. Menurut World Health Organization (WHO), masa inkubasi rata-rata adalah 30-90 hari. Adapun perbedaan masa inkubasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
- Jenis/strain virus rabies
- Jumlah virus yang masuk
- Kedalaman luka gigitan, makin dalam luka gigitan kemungkinan virus rabies mencapai sistem saraf semakin besar
- Lokasi luka gigitan, makin dekat jarak luka gigitan dengan otak, maka gejala klinis akan lebih cepat muncul
- Banyaknya persarafan di wilayah luka gigitan
- Imunitas dari penderita.
5. Penanganan optimal di golden period
Ini adalah waktu krusial untuk mengatasi luka gigitan atau cakaran hewan agar terhindar dari risiko infeksi rabies. Waktu krusial ini ada di 12 jam pertama setelah digigit atau dicakar hewan. Segera lakukan ini di fase golden period:
1. Mencuci luka dengan air mengalir dan sabun selama setidaknya 15 menit. Keringkan luka, kemudian tuang alkohol. Berikan antibiotik, antiseptik, atau analgetik setelah cuci luka. Luka gigitan tidak boleh dijahit, tapi jika sangat diperlukan bisa dilakukan jahitan situasi.
2. Segera konsultasi ke petugas medis di puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan.
3. Dapatkan vaksin antirabies (VA) atau serum antirabies (SAR) sesuai petunjuk petugas kesehatan.
6. Luka terbagi 3 kategori
Menurut WHO, jenis kontak luka gigitan hewan penular rabies terbagi menjadi 3 kategori, yaitu:
Kategori 1: Menyentuh atau memberi makan HPR dan jilatan HPR pada kulit utuh (no exposure).
Kategori 2: Gigitan pada kulit, luka lecet atau cakaran tanpa perdarahan (exposure).
Kategori 3: Gigitan atau cakaran menembus kulit single atau multiple, kontaminasi mukosa atau kulit tidak utuh dengan air liur jilatan HPR, kontak langsung dengan kelelawar (severe exposure).
7. Pemberian SAR
WHO menyebutkan kalau serum antirabies (SAR) hanya diberikan pada luka gigitan HPR yang berisiko tinggi atau masuk pada kategori 3 (severe exposure). Pada kasus ini, injeksi SAR sebisa mungkin akan diberikan di sekitar luka. SAR juga disebut rabies immunoglobulin atau RIG, serum yang dipakai untuk imunisasi pasif pada penanganan pasien yang mengalami luka gigitan, luka cakar, dan atau berisiko terkena infeksi virus rabies.
8. Asia tertinggi!
Berdasarkan distribusi tingkat risiko manusia terinfeksi rabies dari WHO, risiko tertinggi adalah Asia dan Afrika, risiko sedang dan rendah adalah Eropa, Amerika Selatan dan Tengah, Amerika Utara, dan Australia, sedangkan yang tidak memiliki risiko adalah Jepang dan Selandia Baru.
Di Indonesia sendiri, hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies, 23.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian di Indonesia.
9. Pertama ditemukan pada kerbau
Di Indonesia sendiri rabies sudah dilaporkan sejak 1884 di Jawa Barat. Hewan pertama yang dilaporkan rabies adalah kerbau, baru kemudian pada 1889 ditemukan pada anjing. Infeksi rabies pada manusia baru ditemukan pada 1894. Menurut data Kemenkes, sampai saat ini ada 26 provinsi yang telah tertular rabies, tapi hanya 11 provinsi yang bebas rabies (Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, Papua, Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan).
10. Rabies vs matahari
Ternyata virus rabies mudah mati oleh sinar matahari dan sinar ultraviolet lho, Moms. Selain itu, virus rabies juga mudah mati dalam keadaan asam dan basa, zat pelarut lemak, misalnya ether dan kloroform, natrium deoksikolat, dan air sabun. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)