Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Moms, sudah ada rencana untuk mengisi weekend ini? Jika belum, menonton film bersama keluarga tentu menyenangkan, ya. Tayang di Indonesia sejak 21 Juni lalu, film Elemental Forces of Nature bisa menjadi film yang cocok untuk Anda nikmati bersama Si Kecil dan keluarga.
Sinopsis Elemental Forces of Nature
Film ini menceritakan tentang kehidupan para elemen yang tinggal di sebuah kota bernama Element City. Di kota ini, ada 4 elemen yang hidup berdampingan, yakni elemen udara, elemen tanah, elemen air, dan elemen api. Meski berdampingan, setiap elemen hidup dalam komunitasnya masing-masing akibat perbedaan alamiah yang ada.
Elemental Forces of Nature memusatkan kisahnya pada Ember Lumen (Leah Lewis), seorang gadis elemen api yang tinggal bersama kedua orang tuanya setelah bermigrasi dari Fire Land. Di kota baru ini, kedua orang tua Ember membangun toko kelontong penyedia berbagai kebutuhan elemen api. Seumur hidupnya, Ember telah dipersiapkan untuk mewarisi toko tersebut.
Namun, garis hidup yang Ember kira takdir pun berubah ketika ia bertemu dengan Wade Ripple (Mamoudou Athie), seorang pria elemen air. Ember yang semula tak percaya bahwa setiap elemen tidak bisa hidup bersamaan, mulai mengubah pola pikirnya. Ya, mengingat dirinya adalah seorang api, tentu ia tak bisa menyatu dan hidup berdampingan dengan seorang air.
Petualangan Ember menemukan tujuan hidupnya memuncak ketika Wade menunjukkan bahwa air dan api bisa bersatu. Ember pun dihadapkan pada pilihan pelik, ketika ibu Wade ingin membantu mengembangkan bakat terpendamnya.
Lalu, apakah Ember tetap akan mewariskan toko kelontong kedua orang tuanya? Apakah Ember akan menerima cinta Wade dan hidup bersama? Tonton Elemental Forces of Nature untuk tahu jawabannya yuk, Moms!
Fakta menarik Elemental Forces of Nature
Selain kisah yang menarik, film ini juga punya segudang fakta menarik yang sayang jika dilewatkan lho, Moms.
1. Berdasarkan pengalaman hidup sang sutradara
Film ini diinspirasi dari kehidupan Peter Sohn, sang sutradara. Ayah dan ibu Peter bermigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 60-an dan menetap di Bronx, tempat Peter lahir dan tumbuh besar. Dengan berbagai keterbatasan yang ada, keluarganya membangun toko buah dan sayur bernama Son’s Fruits & Vegetables, mirip dengan kisah keluarga Lumen dan toko The Fireplace-nya.
Sama seperti diskriminasi yang dialami oleh kaum elemen api, keluarga Peter juga mengalami masalah rasisme dan xenophobia ketika pertama mendaratkan kaki di Amerika Serikat. Selain itu, kisah cinta antara Ember dan Wade juga menggambarkan dinamika romantika Peter dengan istrinya yang seorang perempuan kulit putih, Anna Chambers.
2. Memakan waktu 7 tahun persiapan
Produksi film ini memakan waktu 7 tahun lho, Moms. Proses produksi kemudian dilakukan di studio Pixar dan rumah para kru masing-masing selama pandemi berlangsung. Desain karakter dibuat semenarik mungkin tanpa melepaskan ciri khas masing-masing elemen. Menurut Peter, elemen air adalah karakter yang paling susah dibuat karena air bisa memantulkan dan membiaskan cahaya.
3. Teknologi canggih yang mumpuni
Untuk membuat animasi yang ciamik dan penuh inspirasi, Pixar meningkatkan teknologi studionya. Film ini butuh 151.000 prosesor inti dalam proses pembuatannya. Hal ini kemudian menjadikan Elemental Forces of Nature sebagai film Pixar dengan komputer produksi terbanyak. Sebagai referensi, film Finding Nemo menggunakan 923 prosesor inti, Monster Inc. sebanyak 672, dan Toy Story menggunakan 294 buah prosesor inti.
4. Dimulai dengan cerita Carl, si kakek karakter film Up
Anda penggemar film Up tentu akan merasa bahagia saat menonton film ini. Pasalnya, Elemental Forces of Nature memulai penayangannya dengan film pendek Carl’s Date. Film pendek ini menceritakan persiapan Carl untuk berkencan setelah petualangannya bersama Russel. So heartwarming! Carl’s Date adalah film pendek pertama Pixar yang ditampilkan sebelum film setelah 5 tahun.
5. Sarat akan pelajaran hidup
Film untuk semua umur ini juga punya banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik. Contohnya, perbedaan yang ada pada setiap orang tidak melulu akan membawa malapetaka. Dengan siasat yang tepat dan motivasi yang baik, perbedaan akan membawa perubahan dan keindahan.
Selain itu, dari film ini kita pun bisa belajar bahwa setiap anak dapat memiliki cita-cita yang berbeda dari orang tuanya. Alih-alih membelenggu dan memaksakan kehendak, orang tua bisa menerima perbedaan pada anaknya dan mendukungnya dengan kasih sayang. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto: Inside the Magic)