Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Jenis-jenis Dermatitis dan Penyebabnya yang Perlu Anda Tahu

Mengenal Jenis-jenis Dermatitis dan Penyebabnya yang Perlu Anda Tahu

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms mungkin sudah tidak asing dengan istilah dermatitis. Namun, tahukah Anda bahwa dermatitis tidak hanya satu jenis, melainkan ada setidaknya 7 jenis dermatitis.

Dermatitis termasuk salah satu gangguan pada kulit yang paling sering terjadi. Secara medis, dermatitis bisa didefinisikan sebagai peradangan pada kulit yang menimbulkan gejala mulai dari ruam merah hingga kulit yang terasa gatal, kering, dan bersisik.

Dermatitis juga dikenal dengan sebutan eksim. Penyakit kulit yang satu ini umumnya bersifat kronis (jangka panjang). Meski cenderung tidak berbahaya, gejala dermatitis bisa menimbulkan rasa tak nyaman bagi penderitanya sehingga mengganggu aktivitas.

Selain itu, rasa gatal yang ditimbulkan juga bisa memicu pasien untuk menggaruknya terus-menerus. Karena itu, bukan tak mungkin kondisi ini akan menimbulkan cedera atau luka pada kulit.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa jenis dermatitis, yaitu:

1. Dermatitis atopik

Seperti dilansir situs Alodokter, dermatitis atopik merupakan jenis yang paling sering terjadi. Dermatitis jenis ini pada umumnya dialami anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Meski sering terjadi pada anak-anak, kondisi kulit bisa membaik seiring dengan bertambahnya usia anak.

Dermatitis atopik bisa disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), kulit kering, gangguan imun, dan faktor lingkungan. Ciri khas dermatitis atopik, meliputi:

  • Sering terjadi pada penderita yang memiliki riwayat asma dan peradangan hidung akibat alergi (rhinitis alergi atau hay fever) atau punya riwayat dermatitis dalam keluarga.
  • Ruam merah, gatal, kering, dan bersisik biasanya muncul di area wajah, kulit kepala, dan lipatan kulit, seperti lipatan siku dan bagian belakang lutut.
  • Terkadang muncul gelembung kecil pada kulit yang mengeluarkan cairan jernih.
  • Gejala bisa memburuk akibat paparan bahan kimia tertentu atau alergen (pemicu alergi), seperti gigitan tungau dan makanan tertentu.

2. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. Dermatitis kontak iritan terjadi ketika kulit mengalami iritasi akibat paparan bahan kimia tertentu yang merusak jaringan kulit, misalnya detergen, cairan pembersih rumah tangga, atau sabun.

Gejala dermatitis kontak iritan dapat muncul setelah 1 kali terpapar zat iritan yang sangat kuat atau setelah berulang kali terpapat zat iritan yang lemah. Sedangkan dermatitis kontak alergi terjadi ketika kulit terpapar bahan yang memicu reaksi alergi, misalnya nikel, lateks, jelatang, produk makeup, atau bahan perhiasan tertentu.

Gejala dermatitis kontak alergi biasanya muncul dalam waktu 48-96 jam setelah kulit terpapar bahan pemicu alergi. Gejala dermatitis bisa muncul di kulit bagian mana pun, misalnya tangan, kaki, leher, dada, hingga puting payudara.

3. Dermatitis numularis

Jenis dermatitis yang satu ini ditandai dengan munculnya ruam atau blister dalam jumlah banyak dan berkelompok yang disertai dengan rasa gatal dan nyeri. Dermatitis numularis lebih sering terjadi pada pria berusia 55-65 tahun, sedangkan wanita biasanya mengalami dermatitis jenis ini di usia 15-25 tahun. Kasus dermatitis numularis sendiri jarang terjadi pada anak-anak.

Penyebab dermatitis numularis belum diketahui secara pasti. Namun, pemicunya bisa berupa paparan nikel dan formalin, penggunaan obat-obatan tertentu, dermatitis jenis lain, infeksi kulit, atau cedera pada kulit.

4. Dermatitis dishidrotik

Dermatitis dishidrotik memiliki ciri khas berupa munculnya gelembung kecil berisi cairan (blister) pada jari dan telapak tangan atau kaki. Blister di tangan dan kaki ini bisa menimbulkan nyeri yang mengganggu aktivitas. Setelah 2-3 minggu, blister akan menghilang dan meninggalkan kulit yang tampak kering dan pecah-pecah.

Dermatitis dishidrotik biasanya dipicu oleh suhu panas yang menyebabkan tangan atau kaki lebih sering berkeringat dan mudah kering. Jenis dermatitis ini juga rentan dialami pekerja yang sering terpapar cairan, seperti tukang cuci, petugas kebersihan, dan pekerja salon.

5. Neurodermatitis

Gejala neurodermatitis umumnya diawali dengan kemunculan rasa gatal di area tangan, kaki, belakang telinga, belakang leher, atau alat kelamin. Rasa gatal pun bisa memburuk saat penderita tidur atau mengalami stres berat.

6. Dermatitis stasis

Dermatitis stasis diawali oleh ketidakmampuan pembuluh darah (vena) di tungkai untuk mendorong darah kembali ke jantung. Kondisi ini menyebabkan cairan menumpuk di area tungkai sehingga memicu munculnya pembengkakan dan rasa nyeri.

Kondisi ini juga sering disertai dengan timbulnya varises. Kulit di sekitar vena yang menonjol (varises) bisa berubah warna menjadi lebih gelap, lebih kering, pecah-pecah, atau mengalami luka (ulkus vena).

7. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik ditandai dengan munculnya sisik berwarna kekuningan pada kulit. Dermatitis jenis ini biasanya muncul pada kulit yang berminyak, seperti kulit kepala dan kulit wajah.

Pada bayi, dermatitis seboroik bisa membentuk sisik kekuningan yang tebal di kulit kepala. Kondisi ini disebut juga cradle cap. Sementara itu, pada orang dewasa, dermatitis seboroik menimbulkan ketombe yang membandel dan sisik kekuningan yang bisa meluas ke area wajah.

Cara mengatasi dermatitis

Untuk mengatasi dermatitis, biasanya dokter akan memberikan obat sesuai dengan jenis dermatitis serta kondisi kulit penderita. Akan tetapi, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan apabila mengalami dermatitis, antara lain:

  • Selalu menjaga kebersihan kulit
  • Memilih sabun yang tepat
  • Mengeringkan tubuh dengan baik menggunakan handuk dengan cara ditepuk-tepuk
  • Menggunakan pakaian yang tepat, nyaman, dan tidak terlalu ketat.

(M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)