Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Begini Cara Mencukupi Kebutuhan Nutrisi Keluarga saat Berpuasa

Begini Cara Mencukupi Kebutuhan Nutrisi Keluarga saat Berpuasa

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Ketika berpuasa, kita hanya makan di waktu sahur dan berbuka. Meski begitu, asupan nutrisi dalam tubuh tetap harus terpenuhi. Pasalnya, walaupun berpuasa, kita tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Artinya, pola makan yang sehat selama bulan Ramadan tetap harus kita jaga. Jika hal tersebut tidak diperhatikan, tubuh akan terasa lemas, lesu, bahkan bisa berisiko menimbulkan berbagai penyakit.

Makanan yang sehat adalah poin penting yang Moms perlu berikan untuk memastikan setiap anggota keluarga mendapat asupan gizi seimbang yang berkualitas setiap harinya. Bukan hanya untuk Si Kecil, tetapi juga agar setiap anggota keluarga terjamin kesehatannya.

Nah, agar keluarga Anda tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit serta lancar berpuasa, pastikan Moms memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga dengan baik. Bagaimana caranya? Yuk, cari tahu selengkapnya di bawah ini!

1. Melihat aspek keamanan pangan

Menurut Widya Fadila M.KM, pakar kesehatan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga, selain memperhatikan gizi seimbang, memperhatikan keamanan pangan dalam proses pengolahan dan penyajian juga tidak kalah pentingnya. Pasalnya, terkadang sumber masalahnya adalah pada proses dan penyajiannya yang bisa menimbulkan penyakit.

"Makanan selain bergizi juga harus aman. Memperhatikan keamanan pangan dalam proses pengolahan dan penyajian juga tidak kalah pentingnya karena terkadang sumber masalahnya adalah diproses dan penyajiannya yang menimbulkan penyakit,” ujar Widya saat acara Mammamia Spesial Ramadan yang diselenggarakan Kata Oma Telur Gabus (30/03/2023). 

Ada 6 aspek keamanan pangan yang perlu diperhatikan oleh Anda, Moms, yaitu pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan.

Di sisi lain, jika kita tidak memperhatikan aspek tersebut, ada bahaya yang mengintai, seperti bahaya fisik jika makanan dijual di tempat terbuka dan wadah tidak tertutup. Selanjutnya ada bahaya kimia berupa penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak berizin dan melebihi batas memiliki risiko kesehatan yang buruk. Dan terakhir bahaya mikrobiologi, seperti tercemar virus, bakteri, dan jamur.

2. Perhatikan komposisi makanan berbuka dan sahur

Selain keamanan pangan, pola makan berubah ketika berpuasa. Meski begitu, kebutuhan tubuh akan nutrisi harian tidak berubah. Karena itu, Moms perlu sedikit bersiasat bagaimana cara mencukupi kebutuhan nutrisi ketika berpuasa. Ada beberapa tips komposisi makanan berbuka puasa yang direkomendasikan.

Pertama, makanan berkarbohidrat kompleks diperlukan bagi yang sedang berpuasa agar gula darah tidak meningkat drastis serta hindari karbohidrat berbahan gluten. Kedua, sangat dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung protein agar memberikan rasa kenyang lebih lama dan menyuplai energi lebih stabil. Yang ketiga, makanan mengandung lemak sehat. Lemak dengan jumlah yang tepat bermanfaat untuk membantu penyerapan vitamin A, vitamin D, dan vitamin E lebih maksimal.

3. Cari menu berbuka yang praktis tapi tetap aman

Umumnya, Moms juga menghadirkan camilan sebagai santapan untuk buka puasa di mana camilan ini biasanya sering ditemui dalam bentuk kemasan. Widya pun menambahkan bahwa camilan dalam kemasan yang praktis diperbolehkan asalkan tetap memperhatikan beberapa hal utama, yakni pentingnya mengecek kemasan sejalan dengan gerakan Cek "KLIK" yang dilakukan oleh BPOM, yaitu: “K” cek Kemasan, “L” cek Label pada kemasan, “I” cek Izin edar dari BPOM, dan “K”cek Kedaluwarsa yang tertera pada kemasan.

Dengan mengikuti tips di atas, keluarga Anda bisa mendapatkan asupan nutrisi yang cukup selama berpuasa, Moms. Namun, jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau mengalami gejala tertentu selama berpuasa, sebaiknya konsultasikan ini dengan dokter atau ahli gizi agar mendapatkan penanganan yang lebih tepat. (M&B/Talitha Putik Arawanda/SW/Foto: Pressfoto/Freepik)