Type Keyword(s) to Search
BABY

Berbahayakah Jika Bayi Dikerok? Ini Penjelasannya, Moms

Berbahayakah Jika Bayi Dikerok? Ini Penjelasannya, Moms

Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond

Moms tentu familiar dengan kerokan, salah satu istilah dalam tradisi turun-temurun yang ada di masyrakat Indonesia. Kerokan sendiri merupakan suatu metode yang bisa melebarkan pembuluh darah di area yang dikerok. Hal tersebut membuat hawa panas dalam tubuh akan keluar sehingga melepaskan faktor antiradang dan menyamankan tubuh.

Meski begitu, kerokan juga bisa menyebabkan peradangan di area kulit, nyeri pada kulit yang dikerok, hingga menyebabkan kulit berdarah. Hal ini tampak dari munculnya jejak merah yang bisa digolongkan sebagai keadaan inflamasi. Artinya, pembuluh darah kapiler yang tadinya sempit dan kosong kini melebar dan terisi oleh darah.

Lalu, bagaimana jika bayi dikerok layaknya orang dewasa walaupun ia tampak diam dan tenang? Dari sisi medis, bayi dikerok sangat tidak disarankan karena akan berisiko mengalami 2 hal. Pertama adalah proses kerokan yang bisa menimbulkan rasa nyeri, luka, dan bengkak pada lokasi kerokan.

“Kerokan pada bayi di bawah usia 1 tahun tidak disarankan karena dapat menimbulkan rasa nyeri, luka, dan bengkak pada lokasi kerokan yang disebabkan kulit bayi yang masih tipis,” jelas dr. Angga Wirahmadi, Sp.A, seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Risiko kedua adalah penggunaan zat atau minyak untuk kerokan yang diberikan pada bayi. “Zat atau minyak yang dipakai juga dapat menyebabkan iritasi kulit dan peradangan pada kulit anak,” imbuhnya.

“Parahnya lagi luka yang muncul akibat kerokan bisa menjadi media kuman penyebab infeksi seperti bakteri atau virus untuk masuk,” tambah dr. Angga.

Kapan Si Kecil boleh dikerok?

Menurut dr. Angga, sebenarnya tidak ada batasan pasti usia anak boleh dikerok. Namun, semakin bertambah usia, semakin aman anak dikerok. Hanya saja, perlu dipastikan lagi apakah kerokan benar-benar bermanfaat untuk meredakan sakit anak.

Orang tua pun perlu memahami bahwa terapi tradisional yang aman buat orang dewasa belum tentu aman buat anak. “Pemberian terapi tradisional pada bayi dan anak sebaiknya dikonsultasikan dulu pada dokter,” jelas dr. Angga.

Masih banyak metode alami lainnya yang bisa Moms gunakan untuk membantu meringankan gejala sakit pada anak dan mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami Si Kecil. 

Jika muncul gejala bayi Anda mengalami masalah kesehatan ringan, Moms bisa berikan cukup ASI atau air minum agar ia tidak dehidrasi. Selain itu, Anda juga bisa berikan kompres dengan air hangat atau air dingin sesuai dengan kondisi Si Kecil. Jika bayi sudah bisa makan MPASI, Moms pun bisa siapkan makanan seperti sup yang bisa menghangatkan tubuhnya.

Salah satu makanan yang bisa Anda berikan adalah sup ayam. Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam CHEST Journal menyebutkan bahwa kombinasi bahan-bahan tertentu, seperti sayuran dan lemak, bisa memiliki efek antiperadangan.

Hal ini tentunya akan membantu mengurangi infeksi saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu biasa. Namun, apabila kondisi bayi tidak kunjung membaik, segera bawa Si Kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat, ya. (M&B/Vonia Lucky/SW/Foto: Valuavitaly/Freepik)